"Alana"Alana kembali menutup kertas itu dan buru buru menaruhnya ke dalam sakunya.
"Loh aidan? kamu kok cepet banget?"
"Aku ga jadi muntahnya, aku pusing lan. Minumnya mana?"
"Astagfirullah aku belum beli" alana menepuk keningnya. Bisa bisanya dia lupa membeli minum untuk aidan hanya karena orang misterius tadi.
"Yaudah gapapa, kita pulang aja sekarang nanti di jalan siapa tau ada mini market" Padahal alana ingin sekali naik wahana lainnya, namun dia merasa kasihan melihat aidan. Karena menurutnya, dia yang mengajak aidan kesana maka dialah yang menjadi penyebab aidan sakit.
Mereka kini sudah berada di mobil aidan dan berniat untuk pulang. Tadinya alana merasa ragu kalau aidan yang membawa mobil karena menurutnya aidan masih lemes. Tapi aidan meyakinkan alana bahwa dirinya baik baik saja dan akhirnya alana pun pasrah memberikan aidan untuk membawa mobilnya.
"Bener nih yakin, mau kamu yang bawa?" Ujar alana lagi meyakinkan aidan.
"Iya lan, aku gapapa kok" aidan tersenyum pada alana dan melajukan mobilnya.
Alana menghela nafas pasrah. "Yaudah, hati hati tapi. Kamu bawa nyawa orang juga!"
"Ya ga mungkin juga aku nyelakain orang yang aku sayang" pipi alana tiba tiba mengahangat mendengar gombalan yang keluar dari mulut aidan.
'Apaan sih lan, lu kok jadi baperan gini?' Ujar alana dalam hatinya.
"Yaudah, berhenti nanti kalo ada mini market" alana memalingkan wajahnya ke jendela, karena dia tau bahwa kini pipinya pasti sedang merona.
***
"Dan, mending sekarang ke rumah kamu dulu aja deh"
Aidan mengernyitkan keningnya. "Lah kamu gimana? Aku kan nganter kamu dulu"
Alana tampak berfikir keras. "Kamu turunin aku di rumah kamu aja. Biar aku pulang naik taksi online"
Aidan menatap alana dengan kesal. "Apaan sih engga!"
"Dan, please! Ini juga demi kebaikan kamu! Aku khawatir sama kamu" alana menggenggam lembut tangan aidan dan tersenyum.
"Oke oke, tapi jangan harap aku bakal ngizinin kamu buat naik taksi online"
Alana mengernyitkan keningnya. "Loh, kok gitu? Terus aku pulangnya gimana?"
"Nanti dianter supir aku dan aku ikut" ujar aidan dengan santainya.
"Kamu kan lagi sakit dan, nanti kalo kamu kenapa napa gimana?"
"Harusnya aku yang mikir kaya gitu alana. Nanti kalo kamu kenapa napa gimana? Mana udah malem. Lagipula kalo aku ga nganterin kamu sampe rumah dan ga ngeliat kamu dalam keadaan baik baik aja, aku ga bakalan tenang lan"
Alana menatap wajah aidan yang sedang menyetir dengan lekat. "Makasih ya"
Aidan menoleh sedikit. "Buat apa?"
"Karena kamu udah mau perhatian sama aku"
Aidan tersenyum. "Itu semua bukan apa apa kok, aku ngelakuin ini semua Emang karena aku sayang sama kamu lan" aidan mengusap lembut kepala alana.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai di rumah aidan.
"Pak dodiiii! Pak!!"
"Dan jangan teriak teriak gitu dong udah malem! Nanti kalo papah sama mamah kamu ke ganggu gimana?"
"Kamu tunggu disini dulu ya bentar, aku cari pak Dodi dulu"
Alana pun mengangguk setelah itu, aidan berlalu ke pavilliun dekat rumahnya untuk memanggil supirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (COMPLETED)
Teen Fiction[BELUM DI REVISI] ~ alana Aradilla~ -terlalu banyak masalah di hidup gua, sampai gua lupa dimana letak kebahagiaan gua- *** "coba jangan terlalu dipikirin masalah lu. Terus elu fokus sama kebahagiaan lu, pasti lu dapetin kok kebahagiaan itu" ujar ai...