Kabur.

474 65 3
                                    

Ava terbangun dari tidur nya dan menatap ke arah jam dinding kamar nya.

"Jam 9 malam" batin nya.

Dengan gontai dia melangkah kan kaki ke dapur rumah mereka yang besar.

"Hah...harus nya aku siapin cangkir setiap sebelum tidur di meja sebelah kasur saja!" kata nya pada diri sendiri //tenang, dia gak gila kok//.

Setelah minum dia jadi teringat dengan kedua adik laknat nya yang di depan gudang, "Apa mereka masih di depan gudang?" batin nya.

Karena penasaran dia pergi ke gudang untuk mengecek keadaan di sana. Memang rumah ini kalau di malam hari sangat menyeramkan, gelap dan luas. Tapi semua ketakutan itu tidak berlaku pada gadis berambut blonde ini.

"HAHAHAHAHA! untung aku bawa Handphone jadi bisa foto mereka!" batin nya sambil mengeluarkan Handphone di saku celana tidur nya.

Bagaimana tidak? saat Ava sampai di depan gudang dia menemukan 3 saudara nya sedang tidur dengan gaya yang lucu.

Rion tidur sambil menyender di dinding gudang dengan wajah mengangap, Ria guling di sebelah Rion sambil memeluk kaki Rion sebagai bantal pelukan, sedangkan Gurra tidur dengan kaki di atas dan kepala di bawah dengan tangan yang di taruh di atas kepala.

Cekrik.

Cekrik.

Cekrik.

"Kau sedang apa?"

"AAAAAAA YA AMPUN KAK IRRA!"

Irra baru keluar dari toliet yang mengarah ke gudang dan tidak sengaja melihat adik kedua nya ini sedang memfoto sesuatu.

"Sttt! kakak ini bikin kaget saja!"

"Kau sedang apa?" Irra mengulangi kata-kata nya sambil menatap Ava datar.

"Tuh" Ava menunjuk tiga saudara yang sedang tertidur pulas di depan gudang.

Irra menatap mereka datar namun di dalam hati nya dia sedang tertawa terbahak-bahak.

"Kak" panggil Ava saat Irra melangkah kan kaki nya, kembali ke kamar.

Irra menoleh sambil menaikan satu alis nya "Apa?"

"Jangan seperti ini kak. Kau tau kan sifat ku seperti apa?" Ava menjeda kata-kata nya dan Irra tetap setia mendengarkan.

"Kumohon jangan hukum Levi seperti itu...dia masih kecil kak. Aku tau kau benci anak nakal tapi kumohon...dia itu adikmu kak"

"Jangan buat dirimu menyesal karena menghukumnya"

Irra diam selama beberapa detik lalu menjawab dengan senyum kecil.

"Itu hukuman untuk anak nakal, Ava..."

"Dan aku tidak menyesal karena mungkin dia akan menjadi lebih baik karena menjadikan ini pelajaran untuknya"

Ava diam dan tidak bergeming. Membiarkan Irra pergi tanpa mencegah nya.

"Aku juga mau seperti itu kak. Tapi, kau lupa Levi seperti apa" batin nya lalu meninggalkan gudang dan kembali ke kamar.

Tanpa mereka sadari salah satu dari tiga saudara mereka itu terbangun karena teriakan Ava yang melengking. Dia mendengar semua percakapan antara Ava dan Irra dari awal sampai habis.

"Andai kau tau betapa tersiksa nya Levi kau perlakukan seperti itu kak..."

"Aku mau membantunya tapi apalah daya ku yang tidak bisa menghadapi api kemurkaan mu..."

"Bahkan kakak tertua kita sekalipun tidak bisa apa-apa..."

"Matahari cepatlah datang...aku mau melihat adik kecilku...semoga dia tidak melakukan hal yang nekat" lalu dia tertidur kembali sambil menyunggingkan sedikit senyum.

***

Levi turun dari taksi dan melihat rumah kosong yang berada di depan nya. Betapa terkejut nya dia saat melihat tulisan yang menggantung di pagar rumah "DI JUAL".

Sekarang bagaimana cara nya dia membayar ke supir taksi itu? dia tidak punya apapun bahkan uang sepeser pun. Bagaimana bisa teman nya itu pindah tanpa memberitahu nya.

"Emm...dik? ayo bayar dan paman mau pulang"

Levi menoleh lalu menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Berapa paman?"

"0,13 Rubel"

Levi tahu harga nya tidak akan jauh dari 0,13 Rubel. Masalah nya sekarang dia tidak punya uang sedikit pun! bagaimana cara nya dia bilang ke paman itu?

Seketika Levi menyesal naik taksi.

"Permisi? kenapa kau berdiri di luar begini?" seorang pemuda datang dan bertanya pada Levi.

Ah, kesempatan!

"Tuan...apakah kau mau bermurah hati?" tak apa Levi, jangan ragu. Demi keselamatan nyawa mu dari kejaran paman taksi ini kalau tidak bawa uang.

Pria tersebut tersenyum lalu mengelua surai hijau Levi. Seolah mengerti maksud nya Pria itu langsung membayar taksi yang di naiki Levi.

Levi tercengang. Bagaimana orang ini bisa mengerti maksud nya? padahal Levi belum memberi tahu apa maksud nya.

Dia tertawa kecil.

"Tenang saja dik. Aku sudah tahu cara seperti itu. Aku sering di tanya begitu dan mendapatkan permintaan seperti itu pula" jelas nya. Oke, sekarang Levi mengerti.

"Kenapa kau di sini malam-malam?"

"Aku tidak punya rumah, Tuan" jelas sekali kalau ini bohong. Dia adalah salah satu anak seorang perusahaan kaya raya yang sedang berada di Amerika saat ini.

Pria itu menatap Levi dengan rasa iba. Tanpa berfikir panjang dia langsung mengajak Levi ke rumah nya.

"Bagaimana kalau kau ke rumah ku saja? akan aku kenalkan kau dengan saudara-saudari ku"

Baik. Murah hati. Lembut. Itulah yang Levi nilai untuk pria ini bahkan dia tidak punya saudara seperti pria ini. Bikin dia iri saja.

"Tidak merepotkan, Tuan?"

"Tidak sama sekali. Ayo!" ajak nya sambil menggandeng tangan Levi.

Bocah bersurai hijau itu diam-diam tersenyum kecil sambil berjalan dan menatap kaki nya.

"Bisakah aku bahagia sekarang? aku janji tidak nakal lagi asal kalian mengerti diriku"

***

Tbc.

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang