Menjenguk.

358 49 18
                                    

Hari ini keluarga Neil sedang menyiapkan barang-barang untuk menjenguk sang sepupu yang sedang sakit di rumah sakit tempat ayahnya bekerja. Bocah berambut merah gelap yang berumur sekitar 12 tahun itu sedang menyusun buah-buahan untuk sang sepupu—sekalian bantu-bantu Ibu, katanya—sedangkan si ibu sibuk memandikan sang adik yang beda 4 tahun darinya.

Neil termasuk anak yang sangat jahil, dia bahkan tidak akan segan menjahili sang adik sampai adiknya menangis kencang membuat sang ibu dan ayah pusing menenangkannya. Bocah berumur 12 tahun ini juga sangat berani dan terang-terangan jika ingin mengkritik seseorang. Bisa di bilang mulutnya pedas.

Berbeda dengan sang adik, dia cenderung penakut. Dia takut dengan badut, film menyeramkan, rollercoster, dia di kagetkan saja menangis, gugup sedikit menangis, bahkan dia juga takut dengan Neil karena katanya kakak satu ini suka menjahilinya.

"IBU, AKU SUDAH SELESAI MENYUSUN BUAH-BUAHAN INI" Neil berteriak seraya mengambil mug dengan gambar yang lucu, isinya cokelat panas kesukaannya.

"IYA NAK, TARUH SAJA DI SANA" balas teriak sang ibu.

"Bi, tolong masakan roti bakar ya, aku lapar"

Salah satu pembantu di rumah mewah itu mengangguk lalu dengan cepat kembali ke dapur, membuatkan roti bakar untuk Tuan mudanya yang nakal.

Neil bersenandung ria sambil menonton Televisi dengan di temani cokelat panas, di tangan sebelah kanan dan tangan sebelah kiri memegang remot Televisi.

"Kakak yang paling ijo sudah di temukan belum ya?" gumamnya.

Sluurrpp...

Manis dan hangat itulah rasa cokelat panas yang kini sedang di minum oleh bocah bersurai merah gelap itu. Mereka sudah tahu kalau si bungsu keluarga Bart sedang kabur.

"Ck, merepotkan orang saja"

Tidak tahu saja dia alasan di balik kaburnya si bungsu itu. Beruntunglah Neil yang tidak memiliki kakak menyebalkan seperti kakak-kakak Levi [Tapi, Neil kakak yang menyebalkan. Gimana dong?].

"Hai kak Neil, Violetta cantik tidak?" seorang anak kecil berambut ungu dengan gradasi biru di ujung-ujung rambut tak lupa dengan jepitan berwarna biru muda yang menempel di poni sebelah kanannya datang menghampiri sang kakak yang sedang asik dengan dunianya sendiri.

"Cantik kok, ayo kita pergi. Mana ibu?" Violetta hanya menunjuk seorang wanita cantik berambut cokelat yang sedang menenteng keranjang buah-buahan di tangan.

"Ayo anak-anak, supirnya sudah menunggu"

Kedua anak itu mengangguk lalu berjalan keluar rumah untuk menuju rumah sakit tempat sang ayah bekerja tapi, sebelum itu...

"Tuan muda, ini roti bakarmu" panggil salah satu pembantu rumah yang sontak membuat Neil menoleh lalu tersenyum manis menampilkan deretan gigi putihnya.

"Thank you"

***

Lift terbuka, menampilkan sesosok gadis bersurai ungu, bermata ungu dan tidak lupa di temani dengan konsol game juga boneka kesayangan. Mukanya datar, sedatar triplek mengingat adik rakusnya itu barusan menghujaminya dengan kata-kata yang membuat dirinya kesal.

"Kak nanti kalau sudah ketemu, langsung ajak kesini ya!"

"Aku mau bertemu dia juga kak"

"Kak, nanti ucapkan kata-kata yang indah agar dia mau kembali bersama kita lagi ya!"

"Muka kakak jangan datar mulu, aelah"

"Nanti kalau dia tidak mau kembali lagi telfon saja aku kak, aku pasti akan langsung datang untuk membujuknya"

"JANGAN LUPA YA KAK! BILANG AKU MERINDUKANNYA!!!"

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang