Kacau.

321 46 24
                                    

Maaf karena udah lama gak up.
Kayaknya aku bakal jarang up untuk akhir-akhir ini tapi bakal tetap ku usahakan untuk up kok ^^

Selamat membaca.



***

Matahari mulai merangkak naik ke atas untuk menyinari dunia namun sepertinya bocah bersurai hijau ini tetap menutup mata dan enggan beranjak dari tempat ia beristirahat. Sampai akhirnya bocah ini terbangun karena suara seorang wanita yang sudah lumayan tua.

"Hey, nak. Bangunlah."

Mata yang awalnya terpejam dengan sedikit bengkak akibat menangis terlalu lama kini mulai terbuka. Levi menatap seorang wanita tua tengah membungkuk menatapnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

"Apakah kau baik-baik saja, nak?" tanya wanita tersebut.

Levi masih berusaha mengumpulkan setengah nyawa yang belum terkumpul. "Engh? anda siapa?" bukannya menjawab. Anak berumur 14 tahun ini malah bertanya balik.

Wanita itu tersenyum, "Panggil saja aku nenek. Aku menemukanmu sedang tidur disini. Lalu, siapa yang berada di sebelahmu itu, nak?"

Levi yang awalnya masih setengah sadar kini langsung terduduk dengan mata terbuka lebar ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut wanita tua yang meminta di panggil nenek tersebut.

Mata yang awalnya sedikit membengkak kini makin bengkak karena Levi kembali menangis. Membayangkan pisau tajam menusuk dada sang teman membuat Levi melemas. Ia sebisa mungkin tersenyum saat wanita itu kembali bertanya dengan khawatir.

"Nak, kau kenapa menangis? apa dia temanmu?" Levi mengangguk lesu,

"Temanku yang mengorbankan diri demi aku yang tidak becus ini." balas Levi sambil menunduk menatap ke rumput hijau.

Wanita itu duduk di sebelah Levi lalu memeluknya erat membuat Levi tersentak kaget namun kemudian melorotkan pandangan mata. "Jangan sedih, nak."

"Temanmu sudah bahagia disana. Relakan dia maka dia akan tenang. Apa kau mau mengubur jasad temanmu?" Levi mengangguk.

"Ya. Tapi aku tidak memiliki cangkul."

Sosok wanita itu kembali tersenyum menyalurkan kehangatan lewat senyumannya. "Kalau begitu, Ayo ke rumahku. Suamiku memiliki cangkul, dia bisa membantumu."

Ah, akhirnya Levi menemukan orang baik setelah seharian berjalan dengan kaki lemas.

***

Sehari telah berlalu dan kini akan menjadi hari kedua Rion berantakan. Rion kacau. Sosok yang seharusnya menjadi penguat keenam adiknya kini tengah dalam keadaan kacau. Irra berangkat ke Amerika atas perintah sang ayah membuat anak kedua keluarga Bart itu tidak mengetahui apa-apa mengenai hal ini. Acedia dan Gurra terlalu sibuk sehingga tidak menyadari keadaan sang kakak yang kacau. Bahkan mereka tidak menyadari kalau si bungsu tidak pulang ke rumah dari kemarin.

Ria tengah fokus dengan wisudanya. Rion tidak mau menganggu adik yang satunya itu. Tidak ada yang tahu dengan keadaan Levi termasuk Rion sendiri. Yang pria berambut putih ini tahu adalah, adiknya menghilang sejak kejadian kemarin. Itu membuat keadaannya kacau hampir membuatnya sakit.

Rion tidak tahu keadaan Levi saat ini bagaimana. Ia juga tidak tahu Levi saat ini sedang berada dimana. Apakah dia selamat atau tidak. Jika selamat, tidur dimana kah dia. Semua pertanyaan itu terus bermunculan di kepala Rion hampir membuat kepala pria ini meledak saking banyaknya.

Semalam dia sulit tidur yang membuat keadaannya semakin parah. Semalaman dia habiskan untuk memikirkan sang adik. Memerintah para bodyguard mencari Levi untuk yang kedua kalinya. Berharap pagi ini dia akan mendapat kabar tentang si adik bungsu namun sepertinya realita tidak sesuai dengan ekspektasi. Mereka semua belum berhasil menemukan Levi. Mengapa setiap Rion atau saudaranya yang lain menyuruh mencari Levi, mereka semua tidak becus?

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang