Akhir.

348 48 19
                                    

Sebenernya aku gak mau up malem ini tapi entah mengapa nih jari gatel pengen klik tulisan 'Publikasikan'

So, aku up deh malem ini.

(Gak penting banget ya? tapi yaudah lah ya, aku cuma pengen ngomong doang. Boleh kan?)

Udah gausah banyak omong. Mari kita langsung ke ceritanya aja ya,


Happy Reading❤️


***

"Hey, kenalkan aku Ard."

Levi menatap seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya tengah berdiri tegak di hadapannya. Anak itu mengulurkan tangan berniat berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.

Levi membalas jabatan tangan itu.

"Aku Levi, senang dapat menjadi teman sebangkumu."

Ard mengangguk.

"Aku dengar kau anak yang pintar di bidang matematika. Maukah kau mengajariku?"

Kepala Levi mengangguk sekilas,
"Tentu. Untuk teman baruku,"

Ard tertawa kecil. "Bisakah kita menjadi teman baik untuk selamanya?"

Anak berambut hijau ini tampak berfikir. "Mungkin saja bisa."

"Kuharap kita dapat menjadi teman baik!"

Levi tersenyum kecil, "Ya."



Levi menatap kosong ke arah jalanan. Banyak sekali orang yang berbisik-bisik tentang penampilannya dan seseorang yang tengah ia gendong di punggungnya saat ini. Namun Levi tidak peduli dengan itu semua. Yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya dia bisa kembali ke sekolah kalau dia saja tidak tahu ini dimana.

Setidaknya hanya untuk melepon salah satu kakaknya saja dia tidak bisa. Sebab telponnya terjatuh saat berlari. Semua orang tampak menjauh ketika Levi berjalan di dekat mereka. Jika mereka semua menjauh begitu, bagaimana caranya Levi dapat meminjam telpon atau meminta bantuan?

Jelas dia akan di tolak mentah-mentah.

Seputar kenangan kembali hadir di memorinya. Kenangan dimana saat dia pertama kali bertemu dan menjadi teman Ard. Berlatar kelas, mereka duduk bersampingan untuk menjadi teman sebangku yang kadang suka berisik. Pelakunya adalah Ard namun Levi terpaksa ikut terlibat karena temannya itu. Setiap hari mereka selalu di hukum, Levi ingat itu. Levi dan Ard adalah teman baik dari kelas tujuh hingga kelas sembilan.

Selama menjadi seorang Junior yang baru di sekolah mereka. Dua bocah berbeda warna rambut ini sudah sering di hukum oleh para guru berbeda mata pelajaran. Sampai seluruh guru sudah hafal sekali dengan sifat mereka. Sebenarnya Levi tidak nakal hanya saja Ard yang perlu di beri pencerahan.

Dulu Ard pernah meminta Levi agar mereka dapat menjadi teman baik. Dan Levi menyetujui permintaan sang teman karena bagaimana pun juga mereka harus tetap menjadi teman yang baik dan setia. Jangan hanya butuh pada waktu tertentu lalu pergi meninggalkan ketika tidak di butuhkan lagi.


"Kau adalah temanku yang paling baik, Ard." bisik Levi, dalam hati.


Berteman lama dengan Ard membuat Levi hafal dengan semua sifat absurdnya. Bahkan Levi tahu kalau Ard sangat suka memakan odol, aneh tapi memang seperti itulah dia.

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang