Kabar buruk.

285 43 16
                                    

Flashback.

"Tuang susumu dengan benar"

"Ini sudah benar kok. Susunya saja yang mau keluar-keluar"

"Hah? penjelasan macam apa itu?"

"Tidak tahu, dari pada kak Ava seperti itu lebih baik bantu aku!"

"Kau diamlah dulu! lihat caranya dengan benar"

Bocah berumur 11 tahun itu memperhatikan gerak-gerik sang kakak lalu mendecih pelan.

"Cih, kakak ini bisa semua bikin iri saja!"

"Iya dong. Makanya kau itu belajar agar bisa jangan taunya cuma iri terus!"

"Siapa bilang?!"

"Aku, tadi kau barusan meng-iri-kan kakak"

"Cih, mana ada!"

"Terserah kau sajalah"

Flashback off.

Levi tersenyum sendu menatap susu cokelat di tangan nya dengan lelehan air mata. Kenangan itu terputar kembali bagai kaset rusak di otak Levi setiap bocah itu memegang susu atau meminum nya. Bohong jika Levi tidak rindu masa-masa dimana dia dulu suka berdebat dengan Ava hanya karena hal sepele.

Walaupun waktu bersama Ava di bilang cukup sedikit karena gadis itu lebih memilih menyibukan diri dengan pekerjaan tapi Levi tetap menyukainya. Setidaknya dia masih bisa menghabiskan waktu bersama saudaranya walau hanya sebentar.

***

Cklek

"Sudah selesai dari toiletnya?"

Levi mengangguk dan mengambil duduk di kursi sebelah Gurra.

"Kenapa kau membawa susu ke toilet?"

"Tidak apa-apa, hanya ingin" Gurra dan Ava yang mendengar penjelasan sang adik merasa bingung, bagaimana dia hanya ingin membawa minuman saat sedang melakukan panggilan alam?, pikir dua saudara tersebut.

"Matamu kenapa bengkak? kau habis menangis?" jari sang kakak di gunakan untuk mengelus mata bengkak sang adik.

"Tidak" jawab Levi, singkat.

Gurra menghela nafas. Pemuda bersurai hitam-putih itu tahu kalau si bungsu habis menangis berhubung sepertinya Levi sedang tidak mau membahas masalah itu jadi Gurra mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Kak Ava, bagaimana keadaanmu?"

"Aku masih sangat pusing dan tubuhku masih sulit untuk di gerakan Gurra" pemuda bersurai hitam-putih itu hanya menghela nafas kasar.

Bagaimana cara agar kakaknya ini bisa sembuh? kenapa keberuntungan tidak berpihak pada mereka?

Di saat satu masalah sudah selesai, kenapa masalah baru harus muncul?

"Kenapa wajahmu masam sekali?" tanya Ava.

"Aku pusing kak, lelah sekali rasanya" setidaknya itu jawaban Gurra sebelum Acedia masuk dengan sekantung plastik hitam.

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang