Konsol game.

410 54 32
                                    

Argent dan Kin-Chan pulang sambil menenteng plastik belanja lalu memberikan nya pada Aleah dan Volentia yang sedang sibuk memasak di dapur. Aleah melihat adik kedua nya kurang bersemangat karena sebagai kakak yang baik dia mencoba bertanya pada Argent.

"Argent kenapa wajahmu tampak tidak bersemangat?" suara Aleah sangat lembut sama seperti sifatnya.

"Tidak kak, ada yang bisa ku ba-" Kin-Chan segera memotong ucapan Argent sambil menyusun barang-barang yang baru di beli.

"Dia tadi baru merusak konsol game orang lain kak, untung pemiliknya baik hati karena katanya tidak perlu di ganti jadi kita tidak perlu mengganti nya dan bisa menabung uang untuk keperluan nanti" kata Kin-Chan santai tanpa menatap kedua kakaknya.

"Astaga Argent, kenapa kau ceroboh sekali?"

"Kak, aku tidak tahu ke-" lagi-lagi kata-katanya terpotong oleh adik pecinta Jepang nya ini.

"Dia memang ceroboh kak, akhir-akhir ini" Argent melotot ke arah Kin-Chan yang bahkan tidak peduli dengan tatapannya.

"Diam kau dik" tegur Argent karena merasa jengkel dengan adiknya.

"Hufft...sudahlah, lain kali jangan ceroboh seperti itu lagi" Argent mengangguk lalu pergi untuk menyapu teras rumah yang terasa kotor.

Argent dengan segera menyapu bersih semua kotoran itu bagi nya kotoran adalah musuh karena dia yang sangat cinta kebersihan.

Akram mendengar percakapan kakak sulung dan kakak ketiganya tadi saat tidak sengaja melewati dapur, jadi dia berniat menghampiri Argent yang sedang menyapu.

"Kira-kira Kin-Chan tadi memarahi siapa ya? ah, gara-gara itu aku tadi tidak sengaja merusak konsol gadis itu!" pria bersurai jingga itu mendumel sendiri dan tiba-tiba dia di kagetkan oleh sebuah suara.

"Kak, mau di bantu?" Argent menoleh dengan mata melotot karena kaget.

"Astaga anjing! ngagetin banget kamu, dik!" Akram melotot mendengar kakaknya itu melontarkan kata anjing.

"Kak, kau menghina diriku ini anjing?" ujarnya dengan alis yang di satukan.

"Bukan begitu dasar! kau mengagetkan ku! lagian kau juga suka dengan hewan yang bernama anjing itu kan?" ada penekanan di kata anjing.

"Iya, tapi tidak usah pakai penekanan di kata anjing pula kak"

"Tidak apa-apa yang penting kau suka sama anjing kan?"

"Kak sudah, jangan bahas anjing lagi"

"Emang anjing kenapa?"

"Kenapa nanya aku kak? ya mana aku tahu lah, emang aku emaknya anjing?"

"Lah, siapa yang bilang kau emak anjing? dasar!"

"Yang bilang kakak ngatain aku emaknya anjing itu siapa? dasar!"

"HEH! APA-APAAN KALIAN INI BAHAS ANJING-ANJING! LAGI DEMEN SAMA ANJING? PELIHARA SANA! AWAS SAJA NANTI TA* NYA KEMANA-MANA! NANTI SI TUKANG SUCI ITU MULUTNYA BERKOAR LAGI DAH! SIAPA YANG SUSAH? AKU JUGA! NTAR KAK GENT MALAH IKUT-IKUTAN PULA MAKIN BESAR MASALAHNYA!" seorang gadis berambut cokelat datang dengan satu buah keripik di tangannya dan langsung menyembur mereka berdua.

"LAH KENAPA MALAH LU YANG SEWOT SAMA KAMI SERIGALA!" teriak Argent tak terima.

"YA DASARNYA KAKAK RIBUT SEKALI! BAHAS YANG KAYAK GITUAN! NANTI KENA TEGUR KAK ALEAH MAMPUS LAH KALIAN!" Argent hanya memutar bola mata malas sedangkan Akram hanya diam dan menyimak.

"Jadi kita ini ribut hanya karena anjing?" kata Akram dan langsung mendapat tatapan tajam dari dua saudaranya ini.

"YA! DAN ITU KARENA KAU MENGAGETKAN KAKAK! JADI ANJING NYA TIDAK SENGAJA KELUAR DARI MULUTKU!"

Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang