"Kira-kira dia suka yang mana ya?" gumam seseorang sambil memperhatikan dua barang sedari tadi membuat teman di sebelahnya terus mengeluh.
"Cepatlah Ria. Kau ini lama sekali" keluhnya.
"Diamlah Giselle. Aku sedang fokus" gadis bermata kuning tersebut sibuk mencebik kesal.
"Nah mungkin yang ini dia suka kali ya?" tanya si lawan bicara dan Giselle hanya mengangguk.
"Baiklah aku beli yang ini saja!"
"Iya beli yang itu saja. Sekarang ayo kita makan perutku sudah lapar. Kau sih milih barang lama sekali!" gerutu Giselle yang hanya mendapat cengiran khas si teman.
"Ya maaf Gis. Kau yang traktir aku makan kan"
"Iya makanya cepat atau aku berubah pikiran"
"Ah, baiklah-baiklah!"
"Huh, dasar tidak sabaran!"
***
"Semua sudah selesai kan?"
"Sudah pak" jawab satu kelas, kompak.
"Tidak ada yang belum kumpul?"
"Tidak ada pak" jawab satu kelas lagi, kompak.
Pak guru mengangguk, kedua tangan itu sibuk merapikan kertas jawaban.
"Jangan ribut" pesan pak guru dan semua murid mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, bapak permisi" kedua kaki itu melangkah keluar kelas. Sekitar lima detik setelah si guru keluar kelas masih dalam keadaan sepi tapi enam sampai seterusnya jangan harap.
Karena yaa, kalian tahulah kelas kalau di tinggal guru akan jadi seperti apa.
"Rumput laut, ayo!" ajak Ard sambil menarik pergelangan tangan Levi membuat sang empu mendongak melihat teman nya yang tersenyum bodoh menampilkan deretan gigi putihnya. Alisnya menukik,
"Kemana?" netra merah keunguan itu menatap si teman penuh selidik.
"Ke kantinlah bego. Kau tidak lapar, huh?" sarkas Ard membuat Levi terkekeh kecil.
"Oh, ya sudah ayo"
Levi berjalan mendahului Ard sambil memasukan kedua tangan di dalam saku celana meninggalkan Ard dengan seribu pertanyaan di kepalanya.
"HOI RUMPUT LAUT TUNGGU!!"
***
"Mau pesan apa? biar aku saja yang beli" tawar Levi karena hari ini dia sedang berbaik hati.
"Aku mau apa yaa, hmm.." pikir Ard sambil membuat gaya seperti orang sedang berfikir.
"Tidak usah banyak gaya dan cepat katakan" pinta Levi, tidak sabaran.
"Aku mau roti cokelat di kantin itu saja sama air mineral ya" Levi mengambil uang di tangan Ard lalu mengangguk.
"Tunggu di sini. Jangan hilang" bocah bersurai hijau itu berpesan kepada Ard layaknya seorang ibu berpesan pada anaknya.
"Iya rumput laut"
15 menit kemudian.
Seorang anak laki-laki berambut hijau dan bermata merah keunguan datang dengan roti, air mineral dan sosis di tangan nya. Ia mengambil duduk di depan sang teman.
"Kau makan sosis saja? memang kenyang?" yang menjadi lawan bicara hanya mengangguk tanpa minat menjawab.
"Sudahlah, makan saja ini dan jangan banyak tanya" berhubung perutnya juga lapar jadi dia hanya menuruti kemauan teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest Brother, Levi [Desime]
General FictionStory seorang anak laki-laki yang kehidupannya seolah di permainkan takdir. [Notes : Envy sebagai Levi disini anak terakhir. Gue gamau nurut ama di webtoon yang ngenalin dia sebagai kakak kedua setelah Pride. Intinya Envy or Levi itu anak terakhir a...