Pengorbanan.

328 42 35
                                    

"Wajahmu lucu sekali Levi. Hahaha.." gelak tawa sang teman sambil memukul bahu Levi membuat sang empu memutar bola mata.

"Rumput laut, kau kenapa tidak mau ikut bermain tadi? seru loh" ungkap Ard dengan semangat sambil menyimpan pesawat terbang di dalam laci meja.

"Tidak tahu. Malas ikut" balas Levi seadanya.

Semua kenangan itu muncul bertepatan saat Ard mendorongnya menjauh dan membiarkan satu pria menusuknya dengan pisau yang berkilau serta tajam. Sebuah benda tajam yang menembus tubuh bocah malang itu dengan sadisnya tepat di hadapan sahabatnya sendiri.

Sebelum akhirnya Ard menghembuskan nafas terakhir, dia sempat mengucapkan dua kalimat untuk yang terakhir kalinya kepada sahabat satu-satunya yang dia miliki,

"L-levi Bart..."

"T-terim-a... k-kasih."

Satu pria lainnya berjalan mendekati Levi dangan satu pisau bersiap melayangkannya ke tubuh Levi sama seperti yang temannya lakukan pada Ard. Namun sebelum semua itu terjadi, Levi langsung bangkit dan menendang selangkangan pria itu membuatnya terguling dan mengerang kesakitan. Kesempatan sudah berada di depan mata tidak akan pernah Levi sia-siakan. Dengan emosi menggebu-gebu bocah berumur 14 tahun ini langsung merebut pisau yang ada di tangan pria berumur sekitar 27 tahun ini, dia masih mengerang kesakitan sambil memegangi selangkangannya.

Dengan tega Levi menginjak tangan pria itu sekuat mungkin tambah membuatnya merasakan sakit yang double.

"Selamat menyusul semua korban yang telah kau bunuh, paman."

Tanpa rasa takut dan ragu Levi menancapkan pisau tepat di jantung pria itu membuatnya menghembuskan nafas terakhir dan membawa seluruh dosa-dosa untuk di pertimbangkan di akhirat nanti. Biarlah Tuhan yang mengurus seluruh perbuatan bejat pria ini.

Kini kedua mata Levi beralih menatap pria satunya dengan tangan kanan yang memegang pisau. Tatapan itu memancarkan kebencian dan kemurkaan yang besar. Mata merah keunguan Levi menatap menyalang pria di hadapannya. Namun sepertinya pria itu tidak memiliki rasa takut sama sekali.

"Kau membunuh sahabatku."

Pria itu tersenyum remeh menatap bocah di hadapannya, "Lalu? kau akan membunuhku setelah itu? ingat, kau juga membunuh temanku bocah." jawabnya santai.

Levi terdiam lalu tersenyum sinis, "Bukankah nyawa di balas dengan nyawa, paman? wanita tua tadi mati karena temanmu,  jadi aku membuatnya menyusul wanita tua tadi. Dan sekarang adalah waktumu, kau harus membayar semua perbuatanmu apalagi kau telah membunuh sahabatku."

Pria itu terkekeh pelan, "Kau mau membunuhku? jangan bercanda bocah. Jika kau berfikir aku akan takut karena kau memiliki senjata maka kau salah besar."

"Karena disini yang akan membunuh adalah aku dan kau yang akan terbunuh."

Pria berpakaian serba hitam itu maju dan melayangkan pisau tepat di depan wajah Levi namun dengan cepat bocah itu menghindar. Levi mundur beberapa langkah. Jujur, Levi tidak pintar bela diri dan bertarung seperti ini tapi demi Ard, dia akan melakukannya.

Pisau milik sang lawan berhasil menggores pipi kanan Levi membuat darah menetes sedikit demi sedikit. Rasanya memang sakit tapi tidak akan sesakit ketika kau melihat sahabatmu di tusuk dengan sadis dan berujung menghilangkan nyawanya dengan mata kepala sendiri. Itu menyakitkan. Benar-benar menyakitkan hati Levi.

Pria itu tertawa kecil menatap luka yang keluar dari goresan panjang di pipi Levi akibat ulahnya. Sedangkan Levi hanya tersenyum kecil melihat reaksi pria itu. Biarkan dia bahagia dulu untuk saat ini sebelum dia tidak akan merasakan lagi apa itu kebahagiaan.





Dearest Brother, Levi [Desime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang