Hari ini perkemahan yang telah dirancang dari minggu lalu akhirnya berjalan. Acara kali ini hanyalah pelantikan pramuka untuk anak anak kelas X dan juga sekaligus penampilan pensi dari mereka.
Merupakan sebuah kesenangan tersendiri untuk anak anak kelas XI karena mereka hanya bertugas mendampingi para adik kelas saja.
Sistem pramuka di sekolah mereka memang tergolong cukup unik, anak anak kelas X akan diberikan didikan pramuka secara menyeluruh kemudian saat sudah kelas XI mereka hanya akan menjadi pendamping dan sekaligus mengarahkan para adik kelas. Sedangkan siswa siswi kelas XII sudah tidak diikutkan lagi dan lebih difokuskan kepada ujian dan juga try out yang akan mereka hadapi nantinya.
Oleh karena itu pula sore ini Hyunjin sudah lengkap dengan pakaian pramukanya, berdiri di depan salah satu regu yang menjadi tanggung jawabnya.
Mereka menjadi pendamping akan dipilih secara acak, dari kelas dan juga jurusan yang berbeda. Dan entah keberuntungan atau kesialan karena-
"Sial kau di sini."
-Felix yang baru saja datang menghampirinya langsung melontarkan kalimat tadi.
Hyunjin memandang Felix malas, sepertinya akan susah untuknya berkoordinasi, bagaimana tidak jika Felix saja sangat irit bicara.
Tidak ingin terlihat konyol di depan adik kelas, Hyunjin pun mendekati Felix dan berbisik di telinga Felix.
"Setidaknya sampai besok kita harus terlihat baik."
•
Acara sudah dimulai dari siang tadi, pengarahan, upacara pembuka, pelantikan dan bahkan malam perenungan pun telah terlaksana, dan sekarang saat yang paling di nanti.
Mereka duduk membentuk lingkaran besar dan mengelilingi sebuah api unggun yang dinyalakan di tengah tengah mereka.
Para siswa siswi kelas XI dan juga guru pembimbing duduk di satu tempat yang sama, seolah mereka itu tengah menjadi juri dalam ajang pentas seni ini.
Entah ini kebetulan lagi atau bukan tapi Hyunjin mendapatkan tempat duduk yang berada persis di samping Felix. Mereka sama sama mendapat tempat di pojok, jika saja tak ada Hyunjin mungkin keberadaan Felix akan terlupakan, cahaya dari api unggun itu tak cukup untuk menerangi Felix dalam gelapnya malam, pemuda itu terlalu susah didekati.
"Kenapa kau duduk di dekatku?" tanya Felix dengan raut wajah terganggu. Tapi Hyunjin tak peduli dan tetap memilih untuk menikmati pentas seni dari adik kelas mereka.
Felix berdecih kemudian menumpukan dagunya di atas lutut yang telah ia tekuk dan peluk, memiringkan kepala ke samping karena Felix amat sangat malas berada di samping Hyunjin. Tak tahu kenapa tapi Felix merasa sedikit tidak nyaman dengan Hyunjin, Hyunjin bisa saja mengusik dan masuk ke dalam dinding yang telah Felix buat.
Tarian, nyanyian bahkan drama mereka persembahkan namun tak ada satupun yang dapat menarik perhatian Felix.
Tiba tiba, Felix merasa tangannya ditarik kemudian digenggam oleh telapak tangan yang lebih besar. Felix segera menoleh dan menatap Hyunjin dengan pandangan bertanya.
"Kau terlihat kedinginan."
Satu pertanyaan dari Felix, kenapa perlakuan kecil barusan dapat dengan mudah menarik seluruh perhatiannya?
•
Felix meringkuk sembari memeluk tubuhnya sendiri, oh ayolah, kenapa pula hujan harus datang di saat saat seperti ini.
Memang ketakutan Felix tidak terlalu besar berhubung dirinya sekarang tengah tertidur di ruangan yang terdapat banyak orang lain, namun tetap saja suara hujan itu terdengar mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Rain [Hyunlix] ✔
FanfictionHyunjin hanya punya Felix, dan begitupun sebaliknya. Dominant : Hyunjin Sumbisive : Felix __________ Copyright © smuthieflx 13 April 2020