Hyunjin segera merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di markas baru mereka. Ngomong ngomong, geng TNX sudah memutuskan untuk pindah ke bangunan kosong yang menjadi hadiah hasil perlombaan mereka, tempat yang lebih luas dan juga strategis membuat mereka sepakat untuk meninggalkan markas yang lama. Tak sepenuhnya membuat markas lama mereka menjadi terbengkalai, hanya saja sekarang tempat itu sudah beralih fungsi untuk menyimpan barang barang tak penting namun sayang untuk dibuang, bahasa mudahnya yaitu gudang.
"Malam ini kita bisa bersantai, tidak ada jadwal berlomba." ucap Ryujin sembari melihat lihat tabletnya guna mengecek apakah ada email masuk atau tidak.
Yang lainnya menganggukkan kepala saja, setidaknya mereka bisa bersantai atau sekedar menjadi penonton saja malam ini.
"Oh iya, Hyunjin apa benar kau sekarang tinggal sendirian di rumah yang kau beli?" Jeno tiba tiba membuka pembicaraan, membuat empat teman lainnya memandang mereka antusias.
Hyunjin menghisap rokok electoniknya kemudian dengan jahil menghembuskan ke wajah Jeno, mendapat hadiah berupa seruan protes dari lelaki tampan yang mengikrarkan diri sebagai bucin Jaemin meski sudah diabaikan berkali kali oleh pemuda manis itu.
"Benar, memangnya kenapa?" tanya Hyunjin dengan sebalah alis yang terangkat.
"Kenapa kau pindah?" pertanyaan dari Chaewon mewakilnya kebingungan dari teman temannya.
Hyunjin mengedikkan bahunya cuh. "Entahlah, hanya ingin."
"Kau...kau tidak merampok rumah itu kan?" Jeno berucap dengan wajah horor dan juga jari telunjuk yang mengacung ke arah Hyunjin. Jeno hanya takut jika Hyunjin berubah jadi kriminal dan mendapatkan rumah itu dari hasil kejahatan.
Oh ayolah kita semua tahu kau hanya khawatir tapi tidak sebodoh itu juga Jen.
Hyunjin, Ryujin, Chaewon, Jaemin dan juga Changbin kompak memutar bola matanya malas. Dan Jaemin dengan senang hati langsung melempari Jeno menggunakan popcorn yang sedari tadi berada di tangannya.
"Aku akan melemparnya ke tengah jalan, anggap saja itu hanya kecelakaan oke."
Yang lainnya menganggukkan kepala mendengar ucapan Changbin. Sungguh mengahdapi manusia dengan kadar kewarasan yang belum lengkap seperti Jeno itu melelahkan.
Jeno sudah berteriak tak karuan setelah diseret oleh Changbin ke arah pintu, Ryujin juga dengan jahil turut turun tangan dan akan memiting nipple Jeno jika lelaki itu melawan. Tentu saja Jeno kalah telak. Habis sudah harga dirinya di depan Jaemin, padahal kan Jaemin sama sekali tak peduli, permainan di ponselnya jauh lebih menarik daripada keributan yang teman temannya itu lakukan.
"Chae." panggil Hyunjin pelan.
"Hmm..." Chaewon yang sedang duduk menyender di sofa yang Hyunjin tempati hanya berdehem sebagai respon dari panggilan ketua geng mereka.
Hyunjin menolehkan kepalanya ke arah Chaewon lalu memukul pelan kepala gadis tersebut.
"Aw apa yang kau lakukan bodoh?" Chaewon sedikit membalikkan tubuhnya guna melihat ke arah Hyunjin dan melemparkan tatapan nyalang kepada lelaki tampan tersebut.
"Setidaknya jawablah dengan benar, aku sedang serius."
Chaewon memutar bola matanya malas, tak tahukan Hyunjin jika Chaewon itu sedang sibuk melakukan pendekatan dengan orang yang ia sukai belakang ini?
"Ck cepat katakan ada apa, aku tengah sibuk."
Bukannya segera bertanya, Hyunjin justru terdiam dan terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Itu, lawan kita kemarin, apa kau tahu namanya?"
"Tentu."
"Benarkah? Siapa?" Hyunjin terlihat antusias, pasalnya dari semalam Hyunjin sudah sangat penasaran, bukannya apa hanya saja Hyunjin memiliki feeling jika lawannya kemarin itu Felix namun Hyunjin masih sangat ragu akan hal itu.
Mungkin akan menjadi hal yang aneh saat melihat pemuda pendiam dengan wajah dingin dan irit bicara itu ada di tempat yang sudah mejadi bagian teman dari dunia Hyunjin. Sepertinya itu hal yang mustahil.
"Namanya Lfx."
"Lfx? Lee Felix!?" tanya Hyunjin terkejut, bahkan ia tak sadar sudah berbicara cukup keras barusan.
"Kecilkan suaramu bodoh, telingaku sakit." Chaewon menatap kesal ke arah Hyunjin, ketuanya ini benar benar berisik.
"Chae, apa kau tahu nama aslinya?" tanya Hyunjin tanpa mengindahkan ucapan Chaewon.
Chaewon berdecak malas. "Tidak. Lagipula siapa Lee Felix itu?"
Hyunjin menggelengkan kepalanya kemudian kembali menyamankan diri dalam posisi rebahan. "Tidak ada, lupakan saja."
Chaewon menganggukkan kepalanya dan memilih untuk kembali fokus dengan ponselnya. Lagipula Chaewon dan Hyunjin itu bersekolah di tempat yang berbeda jadi kemungkinan besar Chaewon tidak tahu siapa Felix.
Jangankan Chaewon, Hyunjin yang notabenenya satu sekolah saja baru tahu Felix semenjak beberapa hari yang lalu, itu pun karena mereka merupakan tetangga.
Mungkin nanti Hyunjin memang harus menanyakan secara langsung ke Felix.
•
Hyunjin berdecak malas sembari melepaskan mantel yang ia kenakan, untung saja Hyunjin membawa jas hujan tersebut kemana mana sehingga dirinya tidak harus kebasahan saat hujan turun dengan tiba tiba seperti ini.
Musim hujan sudah dimulai dan itu cukup menyebalkan jika kau mempunyai aktivitas di luar ruangan, beda lagi urusannya jika hujan saat Hyunjin berada di rumahnya, pemuda Hwang itu akan berubah menjadi sangat menyukai hujan.
Hyunjin berjalan pelan sembari menggosok gosok rambutnya yang sedikit basah.
"H-Hiks H-Hyunjin."
"ASTAGA!"
Hyunjin terlonjak kaget dan hampir saja jatuh ke belakang jika saja kakinya tak sigap menopang berat badannya.
Hyunjin segera menolehkan kepalanya ke sumber suara dan mendapati seseorang meringkuk di depan pintu rumahnya.
"Hey apa yang kau lakukan di sini?" Hyunjin berujar panik kemudian langsung menghampiri lelaki yang sangat Hyunjin yakini bahwa itu adalah Felix.
Bukannya bagaimana, hanya saja Hyunjin pasti akan mendapat masalah jika Felix mati kedinginan di depan rumahnya.
Felix terlihat mendongkakkan kepalanya, mata indah tersebut telah basah oleh air mata, membuat tangan Hyunjin secara otomatis menghapus jejak kristal bening itu dari sudut mata Felix.
"Sttt...tenanglah, aku ada di sini."
Felix tanpa aba aba langsung menarik tubuh Hyunjin dan ia peluk dengan erat. Hyunjin terdiam selama beberapa detik namun setelahnya segera membalas pelukan Felix, sekaligus memberikan elusan pelan di punggung sempit milik Felix.
Hyunjin secara perlahan mengangkat tubuh Felix dan ia ajak masuk ke dalam rumah. Hyunjin mengerti betul ketakutan Felix, meski konteks mereka berbeda namun Hyunjin sangat mengerti bagaimana perasaan Felix.
Ketakutan dan sendirian itu sangat menyakitkan.
Hyunjin merasa sedikit menyesal karena tidak di rumah saat hujan turun.
To Be Continue
Tertanda, 18/04/2020
Bee, pengen molor
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Rain [Hyunlix] ✔
Fiksi PenggemarHyunjin hanya punya Felix, dan begitupun sebaliknya. Dominant : Hyunjin Sumbisive : Felix __________ Copyright © smuthieflx 13 April 2020