"Mengapa aku tak ingin pergi padahal kamu tak pernah mengapresiasi keberadaanku?"
-Joy, 2020-Seperti hari-hari biasanya Joy akan menemui Sungjae di ruang OSIS, karena laki-laki itu cenderung menghabiskan waktu istirahatnya di sana. Joy selalu membawakan bekal yang ia buatkan khusus untuk Sungjae.
Joy berjalan santai masuk ke ruang OSIS. Orang-orang yang ada di ruang OSIS juga udah terbiasa liat Joy nyelonong masuk tanpa permisi. Mereka memaklumi kebiasaan Joy yang satu ini.
Joy kemudian duduk di kursi kosong yang ada di dekat Sungjae. "Sayang, aku tadi buatin kamu nasi goreng" Joy menyodorkan tupperware berwarna biru muda ke hadapan Sungjae.
Sungjae hanya meliriknya tak minat, kemudian melanjutkan fokusnya pada laptop di hadapannya itu.
Merasa diacuhkan, Joy membuka pembicaraan lagi. "Kamu lagi bikin apa sih?" Joy melihat ke layar laptop.
"Proposal" Jawab Sungjae singkat.
Joy memandangi Sungjae. "Kan ini lagi istirahat, kamu makan ini aja dulu"
Sungjae tak melepaskan pandangannya dari laptop sama sekali. "Ntar aja"
"Itu ntaran aja yang, kesehatanmu lebih penting lo" Joy terus membujuk. Sementara Sungjae hanya diam tak membalas.
Joy menghela nafas, pacarnya ini susah sekali untuk dibujuk.
Joy berdiri, "yaudah aku ke kelas ya, kamu jangan lupa makan. Jangan kecapekan juga" Pamit Joy. Semua orang yang ada disana meliriknya, mengerti jika Joy pasti baru saja diabaikan.
"Hmmm" Sungjae hanya bergumam tanpa mengalihkan atensinya dari layar di depannya.
Joy berjalan keluar ruang Osis. Namun samar-samar ia bisa mendengar kalimat yang membuat hatinya nyeri.
"Sana, lo belum makan kan? Ini ada makanan buat lo" Mendengar suara itu Joy menghentikan langkahnya, ia masih di dekat pintu ruang OSIS.
Joy tau betul, itu suara Sungjae. Bukan sekali dua kali ia mendengarnya, bahkan berkali-kali. Sungjae selalu memberikan bekal yang Joy buat kepada Sana, teman sekelas sekaligus sekretaris OSIS.
Joy yakin laki-laki itu pasti tau jika ia masih berada di dekat ruangan itu. Tapi kenapa tidak menunggunya pergi menjauh dulu. Apakah segitu inginnya laki-laki itu mematahkan hati Joy? Joy tak meminta lebih, hanya ingin kehadirannya dihargai.
Joy menghapus bulir air mata yang menetes di pipinya saat melihat Jesi dan Jeni berjalan dari kejauhan. Ia tak mau sahabatnya tau akan kesedihannya.
Joy memasang wajah ceria dan berlari menghampiri kedua sahabatnya itu.
———-
Selgi dan Joy hari ini janjian buat pulang bareng. Tapi entah kenapa mereka berdua sama-sama ingin ke toilet. Mereka sudah berada di dalam toilet dengan bilik yang berbeda.
Tiba-tiba ada suara terdengar. "Gila ya kak Sungjae tuh makin hari makin cakep. Wibawanya makin kelihatan, gue makin cinta anjirrrr" Ucap seseorang dari depan bilik kamar mandi.
Kemudian suara lain menimpali. "Iya, apalagi pas dia ngomong di depan orang banyak. Gilaaa, kelihatan gentle" Orang itu terlihat heboh.
"Ih gue jadi inget si Joy, kenapa sih kak Sungjae mau pacaran sama dia. Nggak cocok tau nggak sih?" Suara perempuan ini berbeda dengan kedua suara sebelumnya. Tentu saja Joy yang sedang ada di dalam bilik kamar mandi mendengarnya, mereka bergosip dengan sangat keras. Seolah hanya mereka saja yang berada di ruangannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blackvelvet
Non-FictionA story nine girls with her boyfriends Start : 26 Maret 2020 End : -