Mark Angkasa Stevano.
Laki-laki dengan senyumnya yang manis. Mampu menenangkan semua orang yang menatapnya melalui senyuman teduhnya. Begitupula dengan Yerim, wanita itu langsung menyukai Mark saat pertama kali bertemu di bangku menengah pertama. Laki-laki yang belum sempat menjadi miliknya, namun sudah pergi lebih dulu dari sisinya.
Kejadian itu bermula saat Yerim duduk di bangku menengah pertama. Ia mengenal laki-laki bernama Mark karena mereka merupakan teman sekelas. Namun tak seperti teman sekelas pada umumnya, mereka berdua nampak sangat dekat dan tentunya saling menyayangi. Mereka berdua dekat selama hampir dua tahun setengah, dan suatu ketika ada satu hal yang terjadi membuat semuanya berubah.
"Kenapa baru bilang sekarang Mark?" Tanya Yerim sedikit menahan isakannya. Mark baru saja mengatakan pada Yerim bahwa besok ia akan segera pindah ke China, demi mengikuti kedua orangtuanya.
Mark menunduk, ia merasa sangat menyesal. "Maaf Yer, aku nggak tau harus gimana bilangnya ke kamu" Ia menghela nafasnya. "Ayahku harus kerja disana, Yer. Mau nggak mau aku harus ikut"
"China Indonesia itu jauh, Mark. Kenapa kamu gak bilang sih? Kenapa bilangnya baru sekarang, waktunya udah mepet banget" Keluh Yerim, ia menyayangkan mengapa Mark tak memberi tau dirinya. Kalau saja Yerim tau, pasti ia akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Mark masih merasa bersalah pada Yerim. "Aku janji, Yer. Saat disana nanti, aku bakal sering-sering menghubungi kamu. Aku bakal vc kamu tiap hari" Ucapnya berjanji. Sedangkan Yerim masih terisak kecil, berusaha menahan ledakan tangisnya. "Aku sayang kamu, Yer. Aku janji kita nggak bakal lost contact" Mark menggenggam tangan Yerim, mencoba menyakinkan perempuan kesayangannya itu.
Yerim menatap Mark guna merasakan ketulusan laki-laki itu. Ia kemudian mengangguk setelah mampu merasakannya.
Mark segera membawa Yerim ke dalam pelukannya. Mengusak lembut surai kesayangannya ini. "Aku sayang kamu, Yer. Kita bakal tetap bersama"
Yerim menghembuskan nafasnya mengingat hari itu. Hari terakhir dimana ia dapat melihat Mark. Laki-laki itu bahkan tak menepati janjinya—- minggu pertama laki-laki itu disana memang mereka kerap kali saling menghubungi atau vidcall tiap harinya. Namun entah mengapa pada minggu kedua, laki-laki itu jarang menghubunginya lagi, dengan alasan sibuk. Dan perlahan menghilang tak ada kabarnya sama sekali. Hingga tiga bulan yang lalu, Tzuyu dan Doyeon mengatakan padanya bahwa Mark sudah kembali ke Indonesia. Awalnya Yerim tak mau percaya, hingga laki-laki itu sendiri yang berkata di grup kelas mereka. Dan kedatangan laki-laki dalam acara meet up bulanan kemarin tampak membuat semuanya jelas.
Bukan maksud apa-apa, Yerim hanya sedikit risau jika laki-laki itu berniat kembali padanya. Apalagi sekarang ia telah memiliki Jeka dalam kehidupannya. Yerim menghela nafasnya sekali lagi, setelah susah payah ia memantapkan hati, mengapa laki-laki itu seolah ingin kembali?
•••
0825167xxx:
Yerim?
Aku Mark0825167xxx:
Ingin menanyakan kabarmu, tapi aku tidak mau dianggap basa-basi.
Kamu tentu baik-baik saja dengan dia kan?Yerim :
Aku sangat bahagia dengan dia, Mark.0825167xxx:
Aku sangat terlambat kan?Yerim:
Maksudnya?0825167xxx:
Aku tau pasti kamu mau bilang basi kan?
Tapi aku mau ceritain alasanku ngilang selama ini
Aku kira bisnis keluargaku bakal lancar-lancar aja, tapi nyatanya semuanya butuh waktu. Menata semuanya dari awal. Aku juga gitu, memulai semuanya dari awal, mengakrabkan diri dengan orang-orang disana, juga dengan Pendidikan yang sangat berbeda dengan di Indonesia.
Ditambah keuangan keluargaku nggak stabil, membuat aku bertekad buat dapetin beasiswa. Aku nggak mau ngerepotin kedua orangtuaku. Aku belajar mati-matian Yer, padahal kamu tau sendiri otakku enggak seberapa. Apalagi jika dibandingin dengan orang-orang disana. Akhirnya setelah kerja keras aku bisa dapetin beasiswa.
Tapi bodohnya aku malah mengacuhkan kamu yang tiap hari nanya kabar aku, sangat bodoh memang:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackvelvet
Non-FictionA story nine girls with her boyfriends Start : 26 Maret 2020 End : -