Bagian 21 (Hunsoo)

5.4K 437 54
                                        

"Karna bagi saya, mencintai seseorang itu tidaklah membutuhkan sebuah alasan. Bagaimana jikalau alasan itu hilang, apakah kamu masih mencintainya?"
- Sean, 2020-










Telah menjadi rutinitas baru bagi seorang Sean, setiap pagi selalu menjemput sang pacar, Jesiana Anastasya. Satu minggu ini ia sudah berusaha maksimal untuk menjadi boyfriend materials. Berkat bantuan Mino, Jeka, Mingyu, Chandra, dan teman yang lainnya.

Sean menyerahkan helm kepada Jesi. "Kamu pakai biar safety ya" Jesi melirik helm itu kemudian ia hanya tersenyum-senyum penuh kode kepada Sean. Sedangkan Sean hanya mengernyitkan keningnya bingung.

Sean mengangsurkan helm itu pada Jesi. "Ayo, nanti kita telat Jesi" Jesi mempoutkan bibirnya kesal, laki-laki ini memang sangat tidak peka. Melihat Jesi yang tak kunjung memakai helmnya membuat Sean menatap perempuan itu. "Kenapa tidak dipakai, Jes?"

Jesi hanya diam, Sean semakin mengernyitkan keningnya tak mengerti. Memangnya ia berbuat salah ya?

Sean masih diam berpikir, memandangi wajah Jesi yang kian cemberut. Sedetik kemudian ia mulai paham, ia menyunggingkan senyumnya mengambil helm yang sedang Jesi pegang. "Kalau mau saya pasangkan itu bilang. Jangan cemberut begini, saya kan bukan cenayang yang dapat mengerti tanpa kamu bilang" Sean memasangkan helm itu ke kepala Jesi.

Jesi terdiam kaku, ia yakin jika pipinya ini sudah blushing tatkala melihat wajah tampan Sean dalam jarak sedekat ini. Degupan jantungnya yang teramat keras membuat ia berharap laki-laki itu tak mendengarnya, bisa malu Jesi jika benar hal itu terjadi.

Sean kemudian menaiki motornya. Sedangkan Jesi masih terdiam mematung, ia memegang pipinya yang masih memanas. Ini pasti bukan mimpi kan?

Lamunan Jesi terhenti tatkala ia mendengar suara. "Ayo, Jesi. Nanti kita telat"













___

Blackvelvet berada di kantin kelas dua belas sekarang. Mereka berkumpul membahas permasalahan antara Wendy dengan Chandra. Pasalnya, dua pasangan paling fenomenal di Jakarta High School itu dikabarkan sudah putus. Mereka tentu saja menyayangkan kabar itu, namun mereka semua berusaha menerima apapun keputusan sahabatnya itu.

Lisa, Joy dan Jane adalah yang paling sering mengumpati kebodohan seorang Chandra yang tega menduakan perempuan cantik dan baik seperti Wendy. Sedangkan Yerim dan Rose, mereka berdua adalah kapal Wendy-Chandra garis keras, tentunya mereka menginginkan agar Wendy memikirkan ulang keputusannya. Berbeda dengan lainnya, Jesi, Irene dan Selena berusaha agar netral.

"Goblok banget sih Bang Chandra tuh, sorry-sorry nih ya, Rose" Joya menatap ke arah Rose, kemudian. "Kak Wendy itu kurang apa, sih? Udah cantik, baik, kayak malaikat. Masih aja meleng ke yang lain" Ia terus mengumpat. "Nggak bersyukur banget"

Rose menunduk sedih. "Maafin Kak Chandra ya, Kak Wen. Aku yakin Kak Chandra nggak maksud gitu"

Irene kemudian menghela nafas. "Udah, Joy. Nggak usah ngomong gitu ke Rose. Ini masalah Wendy, dia yang berhak mengambil keputusan" Ucap Irene yang mampu menghentikan umpatan dari ketiga gadis yang paling kecewa itu.

Jesi mendongak tatkala Selena menyikutnya, mengisyaratkan agar Jesi melihat Sean yang tengah berjalan ke arahnya. Sean kemudian mendekat ke arah Jesi. Sontak seluruh pandangan anak Blackvelvet menuju ke arah dua sejoli itu. "Kamu sudah makan, Sya?"

Jesi mengangguk canggung. "Sudah, Kak"

Sean mengusap lembut surai Jesi, membuat perempuan itu menegang di buatnya. "Anak pintar" laki-laki itu tersenyum manis. Jesi menelan ludahnya, mengapa laki-laki di hadapannya itu sangat tampan? "Oh ya, Jesi. Nanti saya ada kumpulan Olimpiade sebentar. Kamu mau kan menunggu saya?" Jesi kemudian mengangguk.

BlackvelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang