"Jangan datang jika hanya mengingatkan pada luka"
-Yerim, 2020-Hari Sabtu malam tentunya adalah hari yang digunakan pasangan muda-mudi untuk berkencan. Tentunya Yerim dan juga Jeka pun begitu, namun hari ini Jeka hanya akan pergi apel ke rumah Yerim, karena orangtua Yerim sedang berada di luar kota. Yerim harus menunggu dirumah dengan adiknya. Tidak mungkin kan Yerim meninggalkan adiknya seorang diri di rumah?
Mereka berada di ruang keluarga. Posisinya sekarang Jeka sedang main PlayStation dengan adik laki-laki Yerim yang bernama Jeno. Laki-laki itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Namun entah mengapa sejak awal hubungan Jeka dan Yerim, Jeka sudah mampu dekat dengan adik laki-laki Yerim itu. Yerim juga tak mengerti mengapa mereka menjadi sedekat ini.
Seperti biasanya, Yerim pasti bakal merasa di asingkan oleh mereka berdua yang sedang asyik sendiri dengan dunianya. Tapi Yerim nggak mempermasalahkan itu, buktinya sekarang Yerim lagi selonjoran anteng di sofa sambil mainin gawai milik Jeka. Ia membuka aplikasi Line, melihat-lihat siapa yang mengirimi laki-laki itu pesan chat. Alisnya bertaut tatkala melihat banyaknya perempuan yang mengirim pesan chat kepada laki-laki yang berstatus kekasihnya itu. "Jeka, ini kenapa masih banyak yang chat kamu coba?" Yerim mengadu kepada Jeka, namun laki-laki itu masih fokus dengan permainannya. "Ini banyak banget chat dari degem kamu"
Mendengar Yerim yang mengomel, Jeka kemudian melirik perempuan itu sebentar. "Lah kan aku nggak bales"
Yerim masih cemberut, belum puas dengan jawaban yang Jeka lontarkan. Ia menscroll aplikasi chatting tersebut. "Ini juga Arin kamu respon, kamu gimana sih? Menel terus"
Jeka berdecak, melihat layar berbentuk persegi panjang di hadapannya. "Anjirrrr, kalah gue" Sedangkan Jeno menjerit-jerit senang karena bisa mengalahkan Jeka untuk pertama kalinya. Jeka menghela nafasnya, kemudian menatap Yerim yang sedang cemberut. "Itu kan temen sekelas aku yang, nanyain tugas kelompok"
Yerim mempoutkan bibirnya, Jeka ini sama sekali nggak peka. "Kamu bisa bedain yang modus sama yang enggak, nggak sih?" Laki-laki itu menghampiri Yerim, duduk di sofa. "Ngapain coba dia minta tebengan kamu segala? Emang nggak bisa berangkat sendiri apa? Kesel"
"Kamu nggak usah cemberut gitu, dia kan temen sekelas aku" Yerim masih cemberut, menatap laki-laki itu sinis, kemudian sibuk dengan gawai milik Jeka lagi. "Aku juga tau kali yang, hatiku ini milik siapa"
Jeno yang masih berada disana pun ikut menimpali. "Kak, lo tuh kenapa posesif banget sih jadi cewek. Untung bang Jeka tahan"
Yerim melotot. "Yeuuuu, anak kecil ikut-ikut aja sih lo"
Jeka terkekeh. "Lagian Yerim itu niatnya nggak pengen kehilangan gue, Jen. Begitu pula gue, kalau Yerim yang digodain cowok lain. Beh jangan tanya, habis itu cowok"
Jeno tertawa, tak habis pikir dengan kebucinan dua orang ini. "Terserah kalian deh, bucin emang beda ya"
_____
Siang ini Yerim akan pergi meet up dengan teman-teman sekolah menengah pertamanya. Ia sudah berada di Starbuck sekitar lima belas menit yang lalu dengan Doyeon dan Tzuyu, teman dekatnya saat di masa-masa putih biru itu. Mereka berdua menunggu kedatangan teman-temannya yang lain.
Satu persatu teman mereka datang, mulai dari Lucas yang datang dengan Yuqi. Disusul oleh Shuhua, Dino, Rocky, Sanha, dan Mina. Kemudian setengah jam setelahnya disusul dengan kedatangan Vernon dan Somi. Syukurlah, Yerim sedikit merasa lega, pasalnya orang yang paling tidak ingin ditemuinya tidak datang. Lagipula laki-laki itu biasanya tidak akan datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blackvelvet
Bukan FiksyenA story nine girls with her boyfriends Start : 26 Maret 2020 End : -