Wendy berdiri, "ayo bicara di luar. Kamu nggak mau malu kan, kita berantem di hadapan banyak orang?" Wendy berjalan keluar. Diikuti Chandra berjalan di belakangnya. Setelah dirasa menjauhi khalayak ramai, Wendy berhenti. Kemudian membalik badannya menghadap Chandra. "Kamu jelasin sekarang"
"I-itu temen aku, Wen. Dia lagi marahan sama cowoknya. Aku cuma mau hibur—"
"Kamu bohong. Itu mantan kamu kan? Yang pernah kamu ceritain ke aku dulu" Wendy bersedekap, mencoba untuk menahan rasa sesak di hatinya. "Namanya Seohyun, mantan kamu satu-satunya. Cinta pertama kamu" Ia menatap kearah laki-laki yang terlihat gugup itu. "Aku bener kan?"
"Ta—"
"Kenapa nggak bilang ke aku?" Tanya Wendy memotong perkataan Chandra. "Kamu.. sejak kapan kontakan sama dia?"
Chandra meraih tangan Wendy, namun perempuan itu menepisnya. "Udah lama, kan?" Nada bicara Wendy sedikit meninggi lantaran laki-laki itu tak kunjung menjawab semua pertanyaannya.
"Kamu marah?" Chandra justru balik bertanya. "Kamu aja juga jalan sama Minhyun, ya gini perasaan aku waktu itu"
Wendy melongo, "Kenapa kamu ngungkit-ngungkit itu?" Wendy kesal, kenapa laki-laki itu mengungkit masalah kemarin. "Semuanya jelas beda, Chan. Minhyun itu cuma temen. Kalo Seohyun? Dia itu mantan kamu. Cinta pertama kamu"
"Terus apa bedanya? Aku cuma nemenin dia doang"
Wendy menahan air matanya yang ingin tumpah, "Kamu masih tanya bedanya, Chan?"
"Udahlah, aku males ngomong sama kamu. Seohyun udah nungguin di dalam. Kamu pulang duluan aja, nanti kita bicarain lagi" Chandra menepuk pundak Wendy, ia beranjak pergi.
"Chan...." Chandra membalikkan badannya kearah Wendy. "Kita putus aja"
Chandra terlihat berpikir sejenak, namun beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Yaudah, kalo itu mau kamu. Aku balik ke dalam dulu, kamu hati-hati pulangnya." Chandra meninggalkan Wendy begitu saja.
Wendy membeku di tempatnya. Wendy tak habis pikir dengan laki-laki itu yang langsung saja menerima ucapan putus darinya. Padahal Wendy tadi hanya ingin menggertak saja, tapi mengapa laki-laki itu menerima ucapannya dengan mudah?
Wendy menghembuskan nafasnya kasar. Ternyata Chandra tak sedalam itu perihal mencintainya.
•••
Setelah putus dengan Wendy, Chandra makin terlihat dekat dengan Seohyun. Seperti mengantar jemput perempuan itu ke kampusnya. Mengantar perempuan itu pergi kemanapun. Tapi bagi Chandra, kedekatan mereka berdua terasa sangat hambar. Seperti saat ini contohnya, Chandra harus menunggu dengan suntuk Seohyun yang sedang berbelanja baju. Sudah dua jam Chandra menunggu, namun kelihatannya Seohyun belum ada tanda-tanda ingin mengakhiri aktivitasnya itu.
"Kak, masih lama?" Tanya Chandra.
"Bentar dong, aku masih belum nemu." Ucap Seohyun santai. Padahal Chandra sudah menungguinya selama dua jam lebih. Lha terus perempuan itu ngapain selama dua jam ini?
"Yaudah aku duduk sana ya." Seohyun menganggukkan kepalanya tanpa memandang Chandra. Laki-laki itu kemudian duduk di kursi depan toko baju tersebut. Sangat nelangsa sekali, padahal ia sejak tadi sudah mengeluh lapar kepada Seohyun, namun perempuan itu tak menghiraukannya sama sekali. Coba saja jika bersama Wendy, perempuan itu pasti tak akan membiarkan Chandra kelaparan. Duh, kenapa jadi bahas mantan lagi sih?
Setelah satu jam kemudian, Seohyun keluar toko dengan tampang yang kusut. "Kenapa, Kak?"
"Nggak nemu baju yang pas." Chandra bingung, tiga jam sudah Seohyun di dalam. Toko tersebut menjual banyak baju dengan pilihan model yang banyak. Kenapa Seohyun begitu pemilih padahal ia hanya membutuhkan baju untuk pergi ke kampus. Apa perlu Chandra yang pilihkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackvelvet
NonfiksiA story nine girls with her boyfriends Start : 26 Maret 2020 End : -