Masih sisa satu sloki lagi minuman di meja itu. Aku tersenyum, dan sejumput surel yang kucicip di bibir malam membentur layar ponsel yang buram — yang bergambar latar kita.
Kenangan demi kenangan seumpama penanak nasi yang gerah, menguap dari tiga centong beras sebelum suap-suap nasi itu sempat melompat ke lumbung lambung.
Cinta yang masyhur tidak lebih hanyalah komedi situasi yang klise. Aku menerima mandat dari mataku untuk memetik bunga di ladang tidurmu. Seperti hamparan paragraf kata yang panjang, kadang ia menyerupai benang-benang hujan dan aku tidur dengan pasrah — tidur dengan basah.
Itulah episode komedi romantis paling seksi. Kita, keniscayaan pada kita kitab-kitab langit, sajian dalam utas yang kait mengait langsung ke semburat surat-surat takdir.
(2020)

KAMU SEDANG MEMBACA
1995
PoetryBerikut merupakan manuskrip berisi sekumpulan puisi saya yang tidak ingin saya beri terbit, karena saya memang tidak mau saja. Isinya sajak-sajak ketika awal mula saya coba-coba menulis puisi. Beberapa ide/penggalan baris atau bait/potongan diksi/ko...