"Pemberian paling berharga yang bisa aku berikan kepada seseorang adalah waktuku." — aku
Kalau kucolok rokok ke mata waktu akankah mata menjerit? Akankah mata butuh rumah sakit? Apakah mata butuh surat rujuk jika rumah sakit merujuk ke rumah sakit lain di kota tempat mata-mata bekerja?
Kalau kusiram kopi ke wajah sepi akankah sepi berteriak? Akankah suara sepi seberisik gong-gong anjing yang menyalak? Apakah menyalaknya sepi adalah menyalak dengan bunyi?
Aku berangkat menjenguk mata yang kehilangan waktu, kubawakan bingkisan waktu agak banyak. Di perjalanan, ketika aku tiba di pengkolan, aku belok ke kanan, dan langkahku terhenti ketika kubaca pada sebuah plang, 'AWAS ANJING GALAK!'
Aku terdiam beberapa detik, dan beberapa detik setelah sunyi aku melihat ke dalam dan mencari-cari si anjing. Dan benar saja ada anjing kecil berjaga, dan matanya begitu bening.
"APA LO LIAT-LIAT?!!"; "Anjing galak banget", kataku kaget. Ternyata anjingnya beneran galak. Aku menceritakan kejadian ini kepada mata. Mata tertawa dan berkata, "kamu repot-repot menemani aku, kamu tidak berbuat apa gitu?"
"Tidak, inilah keseharianku: buang-buang waktu," kataku bercanda, takut waktuku tidak berharga di matanya.
(2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
1995
PoezjaBerikut merupakan manuskrip berisi sekumpulan puisi saya yang tidak ingin saya beri terbit, karena saya memang tidak mau saja. Isinya sajak-sajak ketika awal mula saya coba-coba menulis puisi. Beberapa ide/penggalan baris atau bait/potongan diksi/ko...