Aku terpesona dengan rekah di bibirmu, cukup dengan gincu dari buah naga.
Cukup pewarna kupu-kupu, dan pipimu pun merah muda.
Wahai perempuan dengan rambut bau cendana,
kau membuatku merasa seperti Rendra.
Kesepian. Menghadapi kemerdekaan tanpa (ber) cinta.Tidakkah kau tahu,
bola matamu: biji kopi.Biar aku kecap secangkir matamu yang centil,
dan kulukis harumndengan setangkai pensil.
Dengarlah,
aku menjadi mijil, dan jangan kau hitung baris-baris ini
Kita dua ventrikulus yang berbagi tempat di ruang yang kecildan telah aku katakan,
kepada Benjamin; Nabilah; Kay; dan Sesyll:daripada jadi pacarmu, aku lebih pilih jadi presiden.
Sebab, aku tidak ingin hatimu jatuh ke tangan asing.
Maka dengarkan aku,
dadamu yang amba akan aku titik dengan sebilah canting.
Jadi lekaslah tidur, lekaslah berbaring.
Biar aku kecup dengan lembut jidatmu yang nyala dan bening.(2020)
![](https://img.wattpad.com/cover/219630345-288-k429365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1995
PoesíaBerikut merupakan manuskrip berisi sekumpulan puisi saya yang tidak ingin saya beri terbit, karena saya memang tidak mau saja. Isinya sajak-sajak ketika awal mula saya coba-coba menulis puisi. Beberapa ide/penggalan baris atau bait/potongan diksi/ko...