Bagian 5 : Sebuah teori

61 10 7
                                    

- WINGS -

Jam pelajaran telah berakhir, jungkook memutuskan untuk mengunjungi hyung  tertuanya itu dengan menaiki bus.

"Aish kenapa dia tidak menjawab telponku" lirih namja itu saat berpuluh puluh panggilan hingga pesan yang ia kirim pada seokjin tidak ada satupun yang di respon atau pun sekedar di lihat oleh sang pemilik nomor.

Saat bus telah berhenti namja itu terlihat berlari, entah kenapa tiba tiba dia khawatir sesuatu akan terjadi pada hyungnya itu.

Saat sedang berlari di trotoar yang lumayan ramai oleh pejalan kaki beberapa kali namja itu terlihat menabrak orang orang yang berada di sekitarnya, beruntung ia tidak terjatuh.

Namun sepertinya keberuntungan itu tidak lagi berlaku saat ini karna akibat seseorang yang juga berlari kearahnya mengakibatkan mereka berdua terjatuh ke bawah.

"Aishh appo!" ringisnya sembari
mengelus bokongnya yang terasa sakit.

"Ah mianhae, gwenchana?"

Mendengar suara itu jungkook mendongkak dan seketika mata mereka kembali bertemu setalah dua hari lalu tepatnya saat mereka pertama kali di pertemukan di sebuah caffe oleh kelima hyungnya, ya dia adalah park jimin seorang namja yang memiliki senyuman selembut rembulan dan memiliki kilatan mata yang menurut jungkook indah sekaligus menakutkan di saat yang bersamaan.

"Ah ternyata kau" ucap namja bernama jimin itu sembari membantu jungkook untuk berdiri.

"Maaf membuatmu terjatuh" ucapnya lagi yang dibalas gelengan pelan oleh jungkook.

"Aniyeo aku juga minta maaf
aku sedang terburu buru tadi"

"Memangnya kau mau pergi kemana?"

"Apartemen seokjin hyung" ucapnya singkat yang membuat namja itu mengangguk pelan, ya jimin memaklumi sikap jungkook yang memang rada kurang sopan karna tidak menambahkan embel embel hyung di akhir kalimatnya jungkook juga terkesan dingin berbeda saat namja bergigi kelinci itu sedang berhadapan dengan hyung hyung yang lainnya.

"Ah ya aku dengar dia mabuk kemarin, aku harap dia baik baik saja" jawab jimin yang hanya di balas keheningan oleh namja bergigi kelinci itu.

"Baiklah, aku pergi dulu" ucapnya yang tiba tiba tertahan saat jimin berdiri tepat di depannya.

"Aku ikut"

"Mwo?"

"Aku tidak menerima penolakan, seokjin hyung itu hyungku juga jadi jangan pelit" ucap jimin sembari terkekeh namun nyatanya hal itu sama sekali tidak membuat jungkook mengubah ekspresi datarnya.

"Jangan menatapku begitu
kau terlihat seram jungkook-ah"

"Baiklah kau boleh ikut"

Kini mereka berdua berjalan bersama, ya sedikit mempercepat langkah saat sih namja paling muda mulai semakin khawatir sesuatu hal buruk menimpa hyung kesayangannya itu.

Saat mereka sampai di apartemen milik seokjin, apartemennya itu terlihat sepi bahkan pintunya terkunci.

"Seokjin hyung tidak ada" lirih jungkook dengan wajah kecewanya yang terlihat sangat jelas.

Jangan katakan jika seokjin hyung sedang
berkeliaran di jalan dalam keadaan mabuk lagi

Kini namja itu terlihat berjalan menjauh dari apartemen itu sedangkan jimin, dia masih berdiri tepat di depan pintu itu dengan ekspresi yang sulit di mengerti.

"Sudahlah seokjin hyung tidak ada di dalam" ucap jungkook dengan nada dingin yang membuat jimin menoleh sebelum akhirnya menghela nafasnya jengah.

"Arrayeo, aku hanya ingin lihat lihat saja"

Wings || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang