It was the frist fissure in the columns
that had upheld my childhood wichy every individual must destroy before he can become him self such fissures and rents grow together again heal and are forgotten
but in the most secret recesses
the continue to live and bleed.- WINGS -
Di bawah langit berwarna hitam pekat seorang namja terlihat menggoreskan tulisan abraxas di sebuah pintu toko yang penuh dengan coretan.
Tak lama kemudian setitik cahaya mulai mengarah pada namja itu hingga membuatnya dengan cepat membalikkan tubuhnya.
Perlahan tangannya terangkat ke atas diiringi oleh seorang polisi yang mulai mendorong tubuhnya hingga membentur pintu toko yang ada di belakangnya.
Kini secara kasar polisi itu terlihat menarik kera jaket namja itu sebelum akhirnya membawa namja itu pergi.
Awalnya namja itu tidak memberontak sedikitpun namun pada saat dia akan di masukkan ke dalam mobil namja itu terlihat menepis kasar tangan seorang polisi yang memegang lengan kanannya dan masuk kedalam mobil polisi itu dengan beragam emosi.
Saat pintu mobil itu tertutup, kini namja itu sampai di sebuah ruangan gelap dengan sebuah lampu tua sebagai satu satunya penerangan di ruangan itu.
Mereka terlihat duduk saling berhadapan dengan meja persegi yang membatasi mereka.
Nama?
"Kim taehyung" ucap namja itu sembari memaikan baut yang ada di meja itu.
Tak lama kemudian muncul sebuah kilasan dimana namja itu tengah berlari tak tentu arah di sebuah ruangan yang gelap.
"Tujuh belas"
Namja itu terlihat menoleh ke arah lain sebelum akhirnya sebuah pukulan mendarat di pipinya, itu sangat menyakitkan.
Dan tak lama kemudian dia kembali mendapatkan pukulan ke perutnya.
"Aku tidak memilikinya"
Kemudian puncaknya dia mendapatkan pukulan tepat pada dagunya, hal itu membuat namja itu tersungkur ke belakang.
Sebuah kilasan tiba tiba menampakkan telpon umum yang terlihat di kelilingi rantai besi.
Namja itu terlihat menahan sakit dengan posisi terlentang, posisi itu sama persis seperti beberapa waktu lalu dimana dia sedang berbaring di rumahnya.
Perlahan dia bangkit dan indra penglihatannya menangkap saudari perempuannya yang tengah tertidur dengan luka yang tergores di pipinya.
Dia terlihat memeluk tubuh saudarinya yang meringis menahan sakit sedangkan di belakangnya terlihat seorang pria paru baya yang sedang meneguk sebotol soju dengan santai.
Saat kilasan itu berhenti namja itu terlihat masih duduk di depan sebuah meja yang membatasinya dengan petugas polisi yang kini sedang meminum air mineral di sebuah botol.
Gestur petugas yang sedang meminum minumannya itu sama persis dengan pria paru baya di dalam kilasan itu.
Hingga pada satu titik hal itu membuatnya muak, namja itu terlihat membuang wajahnya ke arah kanan enggan melihat pemandangan itu lagi.