- WINGS -
Kini mereka sudah sampai di dermaga, mereka bahkan sudah duduk berjejer di atas pembatas dermaga itu membiarkan hembusan angin terus menerpa lembut wajah mereka.
Kira kira sudah hampir setengah jam mereka hanya berdiam diri disana membiarkan pikiran yang ada di otak mereka melayang begitu saja.
Entahlah hanya saja bicarapun terasa sulit karna air mata yang sedari tadi tidak pernah berhenti mengalir.
"Hyung aku mengatuk" lirih jungkook yang membuat tangisan mereka semakin terdengar memilukan.
"Aniyeo jungkook-ah jangan tutup matamu"
"Tapi aku mengantuk hyung"
Jungkook terus mengusap kedua matanya, rasa kantuk itu benar benar membuat matanya terasa sangat berat.
Saat keheningan kembali menyapa jungkook mencoba membenarkan posisi duduknya sebelum kedua mata sayunya beralih pada jimin yang berada di sisi kanannya, namja pemilik mata bulan sabit itu terlihat menatap ke arah jungkook dengan kedua mata yang sembab akibat terus terusan menangis tanpa henti.
Melihat itu jungkook menarik ujung bibir pucatnya untuk tersenyum lagi lagi jimin meneteskan air matanya karna itu.
"Hyung kau ingat aku pernah berjanji sesuatu padamu?" jungkook menjeda perkataannya sebelum akhirnya menatap jimin lebih dalam.
"Aku pernah berjanji jika aku akan terus berada didekatmu, aku akan membuatmu tetap aman, membuatmu tetap terdengar mungkin itu terlihat mustahil tapi aku tidak tahu caranya berhenti yang ku tahu ada satu hal yang perlu kita bicarakan dan itu adalah tentang aku yang tak bisa tinggal lebih lama"
Air mata jimin kembali jatuh begitu juga dengan kelima namja yang sedari tadi menatap jungkook dengan wajah yang basah akibat air mata, melihat itu jungkook hanya tersenyum pedih sebelum akhirnya mulai memeluk tubuh mungil jimin dengan erat.
"Sekarang biarkan aku mendekapmu sedikit lebih lama setelah itu kau boleh mengambil potongan hatiku dan buatlah itu menjadi milikmu, maka saat kita berpisah kau tak kan pernah sendiri aku akan menemanimu meskipun aku jauh hyung"
Sakit dan sesak itulah yang jimin rasakan, dia melepaskan pelukan jungkook dan menatapnya dengan kedua mata teduhnya.
"Kau tidak akan pergi kemana mana jungkook-ah kau akan tetap disini bersama kami"
Jungkook menggeleng lemah dan itu membuat dada jimin terasa semakin sakit.
"Aku tidak bisa hyung"
"Kenapa!"
Yonggi tiba tiba saja berteriak, dia terlihat sangat marah sedangkan di sisi lain dadanya terasa sesak rasanya seperti berada di ruangan tanpa udara hatinya juga terasa perih seperti sebuah luka yang telah lama mengaga kini malah di taburi oleh cairan garam yang membuat lukanya semakin parah.
"Kau harus berjuang! kau tidak boleh menyerah! kau harus tetap hidup jungkook!"
Suara yonggi memelan diiringi air mata yang turun semakin banyak, ya ini adalah kali pertama dimana yonggi menangis untuk seseorang dan seseorang yang berhasil membuat bulir air mata yonggi jatuh adalah orang yang paling berarti untuk yonggi.
"Hyung maafkan aku"
Jungkook mendekap tubuh yonggi yang bergetar mengelusnya pelan dan membisikan sebuah kata yang malah semakin membuat dada yonggi sesak.
"Hyung, mungkin aku jauh
tapi aku tak akan pernah hilang"Yonggi membalas dekapan itu dan terisak lebih dalam entahlah hanya saja ini sangat menyakitinya.
Melihat itu seokjin, hoseok, namjon, taehyung dan jimin juga ikut memeluk mereka dengan tangisan yang semakin terdengar memilukan.
Mengingat betapa banyaknya kenangan yang telah mereka ukir bersama kini malah harus kehilangan salah satu.
"Jangan pergi jungkook-ah"
Lirih taehyung yang membuat jungkook tak bisa menahan air matanya lagi, jika boleh jujur dia juga tidak ingin pergi.
Dia ingin tinggal walau hanya sebentar tapi dia tidak bisa rasa sakit ini membuatnya lemah, dia bahkan bisa merasakan jika jiwanya perlahan keluar dari tubuhnya.
"Mianhae tae tae hyung"
Kata kata itu.
Taehyung ingat bagaimana untuk pertama kalinya jungkook memanggilnya hyung dia bahkan sempat menggerutuh karna sulit menemukan kata yang pas untuk dirinya.
"Aku mohon jangan pergi" isakkan tangis taehyung terdengar begitu menyayat hati, dia benar benar tidak rela kehilangan kelinci kecilnya.
Kini keheningan itu datang bersama hembusan angin yang terasa semakin deras, pelukan itu terjadi cukup lama mereka bahkan tidak bicara hanya terus saling mendekap dan menangis dalam diam menyalurkan semua perasaan sesak dan perih yang hati mereka rasakan saat harus kehilangan sosok adik kecil yang sangat mereka sayangi.
Sosok adik yang selalu bisa membuat hati mereka menghangat lewat senyuman dan tawanya.
"J-jungkook" jimin merenggangkan pelukannya begitu juga dengan yang lainnya membuat tubuh jungkook kini terduduk di bawah dengan mereka yang kini duduk mengelilinginya.
Mata jungkook tertutup dengan wajah pucat dan bibir yang sudah tidak lagi tertarik ke atas.
Dia sudah pergi.
JUNGKOOK POV
Disaat tugasku sudah selesai aku akan membiarkan diri ku pergi, pergi bersama potongan kisah yang ku ukir bersama keenam namja itu.
Namja yang sudah menjadi bagian dari hidupku. menjadi sebagian hatiku dan separuh jiwaku.
Aku ingin tinggal lebih lama tapi aku tidak bisa. karna kalian tahu? ada kebenaran yang tidak dapat berubah.
Tentang kebahagiaan yang akan bertemu luka dan kehidupan yang bertemu dengan kematian.
Waktu berlalu begitu cepat dan di saat itulah tidak ada lagi kata “jika” “tetapi” atau “mungkin”.
Kenangan yang diikuti dengan sentuhan iblis itulah yang telah ditakdirkan untukku, ya meskipun aku terus bertanya-tanya.
Kenapa semua ini bisa terjadi padaku? kenapa harus aku, kenapa bukan orang lain saja.
Tapi setelah itu aku diam. mencoba menenangkan diri dan tetap bertahan mungkin inilah yang memang dipilih oleh takdir ku.
Sekeras apapun aku mencoba merubah takdirku semuanya tetap akan sama--atau mungkin memang tidak akan pernah berubah.
Dunia juga terkadang menunjukkan sisi
egoisnya. dengan cara menghancurkan, melenyapkan dan memberikan kehidupan yang kemudian membuatnya kembali pada kematian.Takdir dan dunia berada di satu jalan tapi sebenarnya mereka berbeda. beriringan namun tidak satu tujuan. ketika dunia memberikan kehidupan maka takdirlah yang akan mengambil itu semua.