Part 3

296 14 5
                                    


Ini awal....
Awal aku bertemu denganmu
Awal aku menatap matamu
Dan awal rasa ini tumbuh

•••

Junior High School – Pekanbaru, Riau. 9 tahun lalu

“Va, ke kelas aku bentar yuk uang aku ketinggalan di tas.” Pinta Laras saat mereka sudah hampir setengah jalan menuju ke kantin sekolah.

“Aku nunggu sini aja deh Ras, kamu balik sendiri yaa....” tolak Ava yang merasa enggan untuk balik lagi ke deretan kelas anak kelas 7 yang padat karena banyaknya siswa yang berlalu lalang disana.

“Iiih ayolah temenin, kita kan anak ajaran baru dan hanya kamu teman yang aku kenal disini.” Bujuk Laras kali ini.

Ya mereka adalah siswa ajaran baru disalah satu sekolah menengah pertama di kota Pekanbaru. Laras berada di kelas 7.3 sedangkan ia berada di kelas 7.1 Dengan berat hati Ava akhirnya menuruti permintaan dari Laras untuk kembali ke kelasnya.
Sesampainya di depan pintu kelas, Laras mengajak Ava untuk ikut masuk ke kelasnya. 

Ava yang malas sendirian di lorong padat ini akhirnya melangkah memasuki kelas Laras. Saat memasuki kelas tersebut, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas dengan malas sambil menunggu Laras mengambil uangnya.

Namun pandangannya berhenti di pojok kelas tepatnya di meja barisan kedua dari belakang yang terdapat kerumunan siswa laki-laki yang sedang asik bernyanyi, bersenandung ria  sambil memainkan gitar serta meja untuk alat musiknya.

Matanya berhenti mengedarkan pandangannya saat itu juga. Matanya berhenti disatu titik. Matanya menatap mata salah seorang dari kerumunan tersebut.

Seseorang yang ikut bernyanyi diselingi senyum manisnya. Seseorang yang bertugas memainkan alat musik gitar disana.

Merasa diperhatikan oleh seseorang, lelaki tersebut mengedarkan pandangannya ke arah target yang menatapnya.

Ia melihat seorang perempuan dengan tinggi yang mungkin tidak beda jauh darinya, dan ia pun balas menatap manik mata cokelat keemasan itu dan selang beberapa detik ia melemparkan senyum tipis kepada perempuan tersebut dan mengalihkan penglihatannya ke posisi awal untuk kembali menikmati lagu yang dinyanyikannya bersama teman satu kelasnya.

Dia tidak tahu apa yang dirasakan oleh orang yang ditatapnya tersebut. Ia tidak tahu akibat apa yang barusan dilakukannya kepada perempuan itu. Dan ia tidak tahu bahwa perempuan tersebut tengah memikirkan hal bodoh yang datang dengan sendiri dipikirannya saat mereka saling bertatapan tadi.

“Love at first sight? Hahaha itu cuma omong kosong Va. Buang tuh pikiran bodoh kamu,” Batin Ava dan membuang pandangannya dari lelaki tadi.

Ia tidak ingin terjebak dalam pemikiran dan perasaan bodoh yang baru saja menghampirinya.

“Ras ayo buruan lapar nih, lama aku tinggal. Aku tunggu di luar.” Ucap Ava sekenanya dan langsung bergegas keluar kelas tanpa menunggu respon dari temannya.

Ia tidak mau berlama-lama berada di dalam kelas itu. Ia tak ingin pemikiran bodoh tentang perasaan aneh ini mengisi pikirannya yang ntah sejak kapan malah semakin menjadi.

Merasa aneh dengan tingkah Ava, Laras langsung menyambar uang di tasnya dan bergegas keluar dari kelas karena tidak mau ambil resiko ditinggal dan malah ke kantin sendirian.

“Lucuu.......” gumamnya pelan disela nyanyiannya.

Yaaap tanpa disadari oleh Ava, si pelaku utama kebodohannya sekarang hanya tersenyum geli melihat tingkah salting Ava yang ia anggap lucu saat bergegas keluar kelasnya tadi.

Just be QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang