Part 26

96 6 0
                                        


Saat semua terungkap
Akankah aku bisa berada di posisimu?
Tentu tidak bukan
Karena kamu sudah Dia tetapkan
Untuk menjadi pemilik sah hatinya

•••

“Va kamu yakin?”

“Aku yakin Jo.” Benar, Ava terlihat yakin. Bahkan sangat yakin dengan pilihannya untuk datang ke acara pertunangan Lian dan ah lupakan. Tapi sekarang Jovin yang merasa dirinya tidak yakin untuk membawa Ava kesana.

Pikiran berkecamuk membuat jantungnya ikut bergemuruh, “Kita tidak usah pergi saja ya.” Usul Jovin merasa benar-benar harus melakukan ini. “Jo aku engga apa-apa. Jadi, kita tetap pergi.”

“Tapi Va, aku yang tidak yakin untuk membawamu kesana.” Pekik Jovin frustasi. “Kamu ga perlu khawatir.” Balas Ava santai—kelewat santai untuk wanita yang akan menghadiri pertunangan sepasang manusia yang logikanya akan menyakitinya nanti.

Jovin memutar otak mencari alasan apa lagi yang harus ia lontarkan, “Va-.” Tatapan tajam Ava berhasil menghentikan ucapan Jovin, “Kalau kamu ga mau nemanin aku, biar aku naik taksi aja. Turunin aku.” Tegas Ava yang juga sudah mulai frustasi dengan sikap Jovin yang entahlah, dan anehnya semua hal yang berusaha Jovin lakukan membuat benaknya menghangat—merasa Jovin sangat mengkhawatirkan dirinya.

“Oke kita pergi!.” Putus Jovin tidak ingin membiarkan Ava pergi sendiri. Jovin tidak ingin membiarkan Yofan merasa menang setelah apa yang telah lelaki bajingan itu lakukan kepada Ava.

Jovin tahu semuanya, semua yang terjadi hari itu. Ternyata sebelum ia melihat Lian yang dilamar Yofan ada hal yang terjadi diantara Yofan dan Ava. Perbuatan Yofan yang menurut Jovin sangat banci. Mempermainkan hati wanita dengan tidak tahu dirinya.

Ava diam-diam tersenyum disela deguban jantungnya yang menggila. Merasa perlakuan Jovin terhadapnya sungguh manis—sangat manis lebih tepatnya. Ava berdehem mencoba menstabilkan jantungnya yang tidak henti-hentinya berdegub kencang. “Ada apa? Haus?” tanya Jovin penasaran dengan deheman Ava. Mungkin orang lain akan berpikiran sama tapi Ava berbeda.

Pertanyaan super simpel Jovin malah menambah frekuensi detak jantungnya. Ayoolah hanya kata itu berhasil membuatnya gila.

“E-ngga kok.” Jawab Ava tanpa sadar tergagap. Jovin menatap dalam Ava yang sedang mengutuk dirinya dalam hati. Bayangkan sedari tadi Ava mencoba mengurangi debaran jantungnya, tapi dengan tatapan itu malah berefek berlebih pada jantungnya—lagi.

Seakan jantungnya ingin bermain lebih, Ava mengingat suatu cerita tentang Jovin dari Zoya yang ia dengar saat dirinya masih dirawat. Fakta yang membuat rasa bersalah dalam diri Ava semakin membuncah.

Flashback

Hawa dingin yang bertambah karena ribuan rintik hujan menyinggahi bumi membuat Ava bergidik—kedinginan, ditambah lagi sejuk yang berasal dari Ac, beruntung di ruangannya ada selimut tambahan.

Pandangan Ava jauh menerawang rintikah hujan lewat jendela ruangannya, memikirkan banyak hal.

Bunyi pintu kamar mandi mengalihkan pandangannya, “Anak Mama kedinginan yaa?” tanya Zoya menirukan suara Mama Ava—berniat meledek Ava yang sedang duduk meringkuk.

Ava mendengus, “Kepanasan Ma, ini aja keringetan.” Sarkas Ava membalas Zoya. Jawaban Ava membuat Zoya terkekeh pelan, “Olooo kepanasan.” Dan seketika Zoya langsung berlari kecil ke arah Ava dan memeluk si anak pura-puranya dengan erat—sengaja.

Ava yang sesak berusaha melepaskan pelukan gila Zoya namun gagal karena dirinya masig lemas, “Ayolah Zoya sesak!.” Serunya tidak tahan. Merasa cukup menjahili Ava, Zoya melepaskan pelukannya dan seketika itu Ava langsung menghembus nafas, terengah.

Just be QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang