Part 21

78 5 0
                                        


Gundah yang tak berujung
Bimbang yang terus mengacung
Terasa seperti tawanan hukum pancung
Mereka yang merasakan tidak akan pernah menemukan jalan yang benar dijunjung
Karena pintu pun enggan menampakkan wujudnya yang agung

•••

"Loh Ma, Yofan kemana kok udah ga ada di depan?" Ava bertanya dengan pandangan bingung, karena tadi Yofan masih ada saat ia pamit ingin membersihkan badannya tapi sekeluarnya ia dari kamar dan berjalan menuju ruang tamu ia hanya mendapati ruanngan itu yang sudah kosong, Yofan tidak ada.

Mama Ava menoleh "Yofan udah pulang, katanya ada urusan mendadak." Jawabnya singkat yang membuat Ava merengut setelah mengetahui Yofan pergi. "Oh iya, tadi Jovin kemana? Kok setelah ketemu kamu dia langsung pulang?" kali ini Mama Ava bali bertanya, yang malah membuat anaknya gelagapan.

Mama Ava memicingkan matanya curiga, yah sebenarnya tidak curiga karena ia tahu apa penyebab Jovin pulang. Tapi ia ingin mendengar langsung penjelasan dari Ava. Ava yang merasa diintrogasi menghela nafas dan ikut duduk di sofa kosong samping Mamanya.

Dengan berat hati Ava bersuara, "Tadi Jovin marah karena ada Yofan dan Ava malah marah balik ke Jovin." Ceritanya singkat, seperti tak ingin membuka semua apa yang tadi terjadi antara dirinya dan Jovin.

"Kenapa kamu marah? Mungkin Jovin hanya menghawatirkan kamu dengan adanya Yofan tadi." Ava yang mendengar Mamanya seperti membela Jovin menatap beliau kesal.

"Mama sama aja kayak Jovin, khawatirnya terlalu berlebihan." Sungutnya tak suka

"Dan kamu bilang ke Jovin kalau sikapnya berlebihan?" Mama Ava tidak percaya anaknya mengatakan itu kepada Jovin, sebenarnya apa mau Ava sekarang.

"Ya karena memang dia terlalu berlebihan Ma, untuk apa coba dia terlalu menghawatirkan keberadaan Yofan di dekat Ava, memangnya dia siapanya Ava? Kan Cuma sahabat Ava doang." Sungguh Mama Ava tidak pervaya dengan perkataan anaknya barusan, kemana perginya Ava yang biasa.

"Dia khawatir karena dia sayang Va dan kamu masih belum sadar juga?" kali ini Mama Ava mulai bersikap serius. "sebenarnya apa mau kamu sekarang? Bersama dengan Yofan?" Ava hanya diam tak bersuara.

"Jika kamu ingin melanjutkan perasaan kamu yang sebelumnya ke Yofan yasudah itu pilihan kamu, itu hak kamu, tapi tidak dengan menyakiti orang lain Va. Mama hanya mau kamu bisa berpikir rasional, tidak gegabah yang malah membuat kamu kehilangan satu orang nantinya."

Puas menasehati Ava, beliau pun beranjak dari ruang keluarga menuju ke kamarnya, meninggalkan Ava yang sekarang diam membeku, sadar dengan apa yang sudah sebelumnya ia lakukan kepada Jovin. Kenapa Ava baru tersadar sekarang, Jovin pasti kecewa padanya.

Apa yang telah aku lakukan?

Mengusap muka kasar, frustasi, Ava berniat menghubungi Jovin, tapi ia urungkan karena waktu yang sudah larut, mungkin besok ia akan menghubingi Jovin untuk memintak maaf dan menceritakan tentang pesan Lian yang tadi ia terima.

***

Ava Shaqueta

Jo soal semalam aku mintak maaf, aku tidak bermaksud mengatakan itu padamu.

Bisakah kita bertemu di kafe biasa?

Ada yang ingin aku katakan.

Aku harap kamu datang, sampai jumpa nanti.

Jovin terus menimbang, apakah ia harus pergi menemui Ava atau tetap diam di rumah. Sebenarnya Jovin ingin, tapi mengingat semalam ia merasa masih tidak terima dengan kata-kata Ava yang mengatakan kalau sikapnya terlalu berlebihan. Apakah ia salah mengkhawatirkan Ava?

Just be QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang