Part 27

96 4 0
                                        

Bila kamu menemukan dan mendapatkan berlian
Genggamlah erat
Jangan pernah lepaskan

Agar berlian tidak berganti menjadi karang berduri

•••

"Kamu dengar semuanyakan Fan?"

Pertanyaan Lian berhasil membuat Ava terdiam. Ava menoleh ke belakang, disana ia melihat Yofan yang berdiri kaku, menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

Ava menatap Lian tidak terima "Kenapa ada Yofan disini?" protes Ava, "Kamu sudah mengetahui semuanya kan Fan?" Lian mengabaikan protes dari Ava, Lian hanya ingin memberitahukan kepada Yofan jika Ava sangat mencintainya, mungkin melebihi dirinya.

"Aku sudah lama tahu."

Sontak jawaban Yofan membuat kedua perempuan itu terbelalak kaget, "Sejak kapan?" tanya Lian.

"Dari awal aku sudah tahu."

Ava tidak bisa menahan tawanya, dengan lepas Ava tertawa kencang, mencemooh dirinya yang sungguh benar-benar kelihatan bodoh selama ini. Lian yang melihat itu menggigit bibirnya, menahan tangis yang ingin meledak.

Mungkin sedetik yang lalu Ava tertawa kencang, mengejek dirinya sendiri. Namun sedetik setelahnya air mata dengan derasnya mengaliri pipinya yang dibaluti dengan senyum getir yang sanggup mengoyakkan hati siapa saja yang melihatnya.

"See Yan, tunanganmu sungguh luar biasa."

Menekan kata tunanganmu, Ava berkata dengan bertepuk tangan, mengapresiasi akting Yofan selama ini. Dan setelahnya ia beranjak dari sana, meninggalkan Lian dan Yofan, membiarkan mereka menyelesaikan sendiri massalah yang tidak ingin Ava pikirkan.

***

BALLROOM Hotel Pangeran Pekanbaru----Riau

Banyaknya tamu undangan membuat aula hotel menjadi padat namun masih bisa dikatakan kondusif. Para tamu berlalu-lalang sekedar saling menyapa kenalan yang juga turut diundang oleh pemilik acara. Namun ada juga dari beberapa tamu yang memilih duduk diam berkutat dengan ponsel yang ada di hadapannya.

"Jo, Ava dimana yaa kok ga kelihatan?"

Hening! Yang ditanya tak juga kunjung menjawab. Zoya yang lama menunggu jawaban Jovin mengarahkan pandangannya, melihat Jovin yang ternyata sedang melamun, sangat jauh. Zoya meletakkan ponselnya di meja, kemudian "Jovin?" seru Zoya mengoyangkan bahu Jovin pelan.

Jovin yang tersadar menoleh bingung "Ha iya. Kenapa Zoy?" tanyanya bingung. Zoya menggeleng, "Kamu yang kenapa?" ucap Zoya menelisik, menatap Jovin mengintimidasi.

"Aku kenapa?"

Geram! Zoya menghela nafas pelan, "Kamu ngelamunnya udah sejauh mana tadi?" ujar Zoya menahan kekesalannya. Jovin mengerut, menunjuk dirinya sendiri "Ngelamun? Aku?"

"Lupakan!!" sarkas Zoya-malas meladeni Jovin yang lola.

"Ava mana kok belum kelihatan?" tanya Zoya merubah topik. Jovin menggeleng tidak tahu, "Kata dia udah di jalan." Ujar Jovin mengingat pesan terakhir Ava tadi.

"Kemana tu anak!" gumam Zoya pelan. "Mana aku tahu." Ketus Jovin menjawab.

Zoya menatap tajam sepupunya itu, "Aku engga nanya kamu!" seru Zoya kesal, memukul pundak Jovin.
Alih-alih menenangkan kekesalan Zoya, Jovin malah terkekeh mengejek, mempermainkan tempramen Zoya. Zoya yang tahu dengan tingkah Jovin hanya mengerlingkan matanya, tidak tertarik meladeni Jovin.

Just be QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang