Jangan pernah berharap dengan hal yang masih tampak abu-abu
Karena itu mungkin bisa berubah menjadi hitam total
Akan sangat jauh dari harapanmu
Yang menginginkannya berubah menjadi putih seutuhnya•••
Flashback 7 tahun lalu
“Va, bisa membantuku??” Yofan menahan lengan Ava saat sang empu tangan hendak beranjak dari perpustakaan. Ia menolehkan pandangannya ke arah tangan mereka dan melempar tatapan bingungnya ke Yofan.
“Minta bantu apa?” jawab Ava dengan melepaskan tangannya dari genggaman Yofan. Yofan yang paham langsung melepaskan tangan Ava.
“Bisakah kita mengerjakan tugasnya di rumah Lian?” Ava tentu saja melemparkan tatapan protesnya ke arah Yofan. Bagaimana tidak, tugas yang diberikan hanya untuk dirinya dan Yofan, sedangkan Lian berbeda kelompok dengan mereka tapi Yofan malah minta ngerjain di rumah Lian, dia waras??
“Loh kenapa harus di rumah Lian? masih banyak tempat untuk ngerjain kan?” tukas Ava tidak suka.
“Ayolah Va, sekali ini aja yaa??” mohon Yofan, Ava membolakan matanya tanda tidak menggubris dan beranjak dari posisinya.
“Va---.” Perkataan Yofan terputus begitu saja oleh protes Ava. “Kamu aja yang kesana sendiri. Kita kerjakan bagian masing-masing.” Ujar Ava dan kembali melangkahkan kakinya keluar dari sana.
“Va Ayolah-----.”
“Sekali engga ya engga Fan, kita kerjain masing-masing aja” potong Ava telak dan kali ini ia benar-benar berhasil keluar dari sana tanpa adanya tahanan dari Yofan.
Jelas dia menentang, karena ia tak mau hanya melihat pemandangan menyakitkan yang akan Yofan tontonkan padanya. Ia tak akan sanggup untuk menyaksikan perhatian kecil dan sikap manis Yofan ke Lian. Terserah Yofan mau menilainya apa tentang sikapnya tadi, yang jelas ia tak mau menghancurkan dirinya sendiri.
Flashback end
“Membantuku untuk meyakinkan Lian bahwa Aku mencintainya?” Ava merasakan sekitarnya hening seketika. “—bahwa aku bisa menjadi lelaki yang dia inginkan, lelaki yang bisa diandalkan dan lelaki ya----.”
“Fan tunggu, maksudnya?” potong Ava yang sangat tak paham maksud dari perkataan Yofan. Ralat, ia paham amat sangat paham maksud dari semuanya, tapi ia berusaha tidak ingin memahami semuanya.
“Bantu aku mengatakannya Va, bahwa aku sangat mencintainya.” Ava hanya mematung setelah kembali mendengarkan perasaan cinta Yofan untuk Lian.
Apakah ia se tidak bahagia ini, malah mendapatkan sebuah pengakuan telak yang sudah lama ia ketahui dan kali ini ia mengetahuinya langsung dari mulut si lelaki. Sungguh se miris inikah kisahnya, hidupnya. Tak adakah caranya untuk bahagia sedikit saja.
Yang ia kira mimpi, yang ia kira waktu menunggunya telah usai dan tergantikan dengan waktunya dengan Yofan malah faktanya menjadi kebalikannya. Hahahaha, bisakah iya menertawakan dirinya dengan lantang? Lihat, betapa bodohnya ia yang menganggap pinta Yofan akan membahagiakannya malah kembali menjerumuskannya ke dasar jurang terdalam.
Sungguh, ia sudah tidak tahan dengan ini semua. Bisakah sekarang ia menampar lelaki di hadapannya ini? Bolehkah ia melakukannya? Bolehkah ia berteriak kencang bahwa ada hati yang patah setelah perkataan lelaki tadi teruntai? Jika ia bisa dan jika ia sanggup
Tapi ia malah........
“Fan, bisakah kamu pulang sekarang? Aku capek ingin istirahat. Besok aku akan ada acara wisuda dan aku harus tidur sekarang agar besok kembali fit” Ujar Ava setegar mungkin menahan isakannya dan sontak langsung berdiri dan berjalan menuju pintu utama untuk membukakan pintu agar Yofan segera enyah dari hadapannya sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/219214438-288-k759378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just be Quiet
Teen FictionLove at first sight?? It sounds a bullshit! Ya emang terdengar omong kosong Tapi itu faktanya Kita berteman 9 tahun sudah dan rasa sialan ini masih ada But..I just kept quiet Kamu tahu kenapa? Cause I prefer to be quiet ____________________________...