Seandainya kata terlambat itu berganti menjadi kata tepat
Akankah bagian akhirnya akan berubah?
Setidaknya bisakah ending-nya baik-baik saja?•••
“Va ada Zoya!!”
Ava menoleh ke arah pintu kamarnya, menatap dalam pintu. Tatapan yang akan membuat orang paham dengan sakit apa yang selama ini bersarang di dirinya.
“Suruh masuk aja Ma.” Sahutnya pelan. Mama Ava dan Zoya yang masih berada di balik pintu saling menatap satu sama lain. Menghela nafas pelan, mencoba bersabar dan bertahan dengan perilaku Ava yang sekarang.
“Masuk gih Zoy! Tolongin tante yaa.” Pinta Mama Ava sedikit putus asa, “Engga perlu minta tolong tan, Zoya bakal buat Ava kembali lagi kok.” Ujar Zoya tersenyum tidak yakin. Tidak yakin dengan apa yang ia katakan. Mama Ava mengangguk dan meninggalkan Zoya sendiri di depan pintu kamar Ava.
“Ah iya Zoy, tante titip Ava yaa? Tante mau keluar sebentar.” Ujar Mama Ava berbalik, “Oke tan.” Balas Zoya tersenyum manis dan kemudian Mama Ava kembali melanjutkan langkahnya.
“Va aku masuk yaa?”
“Iya!”
Di dalam Zoya dapat melihat penampakan sosok Ava yang sangat; menyedihkan? Tubuh ringkihnya meringkuk dalam di bawah selimut tebalnya, buku dan jurnal yang ikut berantakan di atas kasurnya.
“Kamu tidur?”
“Engga.”
“Kamu udah makan?”
“Udah.”
“Kamu ga mau peluk aku?”
Kali ini Ava tidak menjawab dengan pertanyaan Zoya seperti sebelumnya. Zoya perlahan melangkahkan kakinya mendekati kasur Ava, mendekati Ava yang masih memunggunginya.
“Va-.” Badan Zoya terhuyung ke belakang setelah Ava memeluknya dengan cepat. Gerakan Ava tidak terbaca sama sekali oleh Zoya. Tidak hanya itu, Zoya kembali mendengar Ava yang perlahan mulai menangis lagi, kegiatan yang beberapa tahun ini sudah sangat melekat pada diri sahabatnya.
Zoya menepuk pelan punggung Ava, membantu menenangkan “Hmmm engga apa-apa, nangis aja. Aku bawa baju ganti kok.” Ujarnya bercanda. Bukannya berhenti, Ava malah semakin terisak, tidak termakan lelucon Zoya yang sebenarnya untuk mengibur dirinya.
“Zoy....” panggil Ava pelan disela isakannya
“Hmm?”
“Aku rindu dia.”
***
Setengah jam waktu yang kali ini Ava butuhkan untuk menumpahkan air matanya. Setidaknya ada sedikit kemajuan, karena biasanya Ava butuh waktu seddikit lebih lama untuk menangis.
“Dasar tukang bohong! Katanya udah makan!.” Sindir Zoya saat memasuki kamar Ava sehabis dari dapur mengambil minuman sendiri. Nasib punya sahabat lagi low mood, Zoya menjadi tamu yang mandiri.
“Kan udah semalam.” Balas Ava tak berdosa, Zoya cengo mendengar alasan Ava, “Semalam? Dan sekarang sudah hampir malam Ava!” pekik Zoya kesal. Bagaimana tidak, kalau saja Zoya tidak turun mungkin ia tidak tahu kalau Ava belum makan seharian.
Note kecil di tudung saji di atas meja pantri berhasil membuat kebohongan Ava terbongkar. “Kalau ga karena note ini, aku ga akan tau kamu belum makan!” lanjut Zoya berceramah. Ava sudah sangat kebal dengan semburan dari Zoya, bukan hal biasa Zoya bisa berubah menjadi lebih banyak bicara jika situasi sudah seperti ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Just be Quiet
Teen FictionLove at first sight?? It sounds a bullshit! Ya emang terdengar omong kosong Tapi itu faktanya Kita berteman 9 tahun sudah dan rasa sialan ini masih ada But..I just kept quiet Kamu tahu kenapa? Cause I prefer to be quiet ____________________________...