peginya

9 3 0
                                    

 Tentang payoda yang kelelahan memikul bulir-bulir kerinduan, dan rinai yang berhamburan mendekap basah pipi berbalut linang. Aku kembali menari bersama sebuah kalimat kepergian. Ditemani sepi, merangkak dalam gejolak paling malang.

Selepas renjana menerbangkanmu dalam peluknya. Ku pasrah pada semesta akan garis rahasianya. Rindu yang usang biarkan saja bergulir dalam gamang. Menyiratkan lara yang makin menghujam dada, semakin sakit sebab kau tak jua kembali.

Aku rindu, yang tersampaikan hujan kemudian jatuh pada pelupuk. Menimbun luka yang kian menganga sebab tak lagi kau sapa.

Aku rindu, pada jejak-jejak ajaib yang kau langkahkan. Membersamai sepatu yang lama sendirian.

Aku rindu, pada belai-belai jemari di sela telinga kala ego melanda. Mendinginkan cemberut dengan kalimat baik-baik saja.

Aku rindu, pada purnama yang hadir memberi kejutan. Sinar senyumnya membuat pipi merona manja.

Aku rindu, pada semua arah yang kau tunjukkan. Tentang cita-cita kecil dalam pelayaran masa yang kau tuntun padaku.

Aku rindu, sungguh.

Pada nabastala yang kelam kusematkan doa dalam lamunan. Semesta, mohon jawab aku yang kebingungan. Haruskah aku tetap menunggunya kembali ke rumah? Atau aku melupakan segala tentangnya yang masih kusimpan diam-diam?

09, April, 2020

SEPATAH KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang