Hari ini Pada sore yang membisu malu, ia datang.
Membawa kantong-kantong tak berisi.
Di ayunnya dengan gemulai,
Jatuhpun tak risau berantakan.
Karena pada setiap perapiannya,
pada setiap tapakan-tapakan yang lirih berganti
kanan dan kiri ia merdeka; mencari.Dan disudut bangunan itu,
Ada jajahan yang tak memerdekakan pengakuan.
Tersungkur, menyatu dengan dinding keraguan.
Dan lagi-lagi pelakunya adalah aku. .Ia mendekat,
namun tak ditemukannya siapa-siapa.
Tidak menemukan aku, dan diriku.
Walau jelas aku tergeletak didepan jalan.
Meramu terang agar tertangkap tatapannya.
Tapi nihil, dan bisa ku apa?
Selain mengulur senyum pada percaya yang belum bertuan.Dalam hari-hari penuh jemu
Jemari menari aksara perihalmu
Sambil berharap menunggu
Menantikan senyum lucu
Walau mungkin itu semu
Lalu nyata berujung temu
Namun tatap-tatap penuh kakuBersama itu Aku sedang diam...
Menatapmu dari kejauhan
Menitipkan sedikit senyuman
Yang tak sempat kau berikanAku sedang diam...
Menitipkanmu di sela angin malam
Meringsut,
Membawa kesunyianAku sedang diam...
Mendoakanmu di akhir malam
Menitipkan secuil harapan
Yang ku pastikan kau(pun) demikianHai,
Sapamu kembali mengiang di sela tidur malamku
Kembali terulang
Saat sebaris kalimat menghujam ponselkuAku tersenyum,
Mengingat awal dari ucapmu
Sore itu.... Sambil tersipu malu.Lamongan, 24, April, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATAH KATA
Puisijika hidup terlalu rumit untuk d jelaskan. biarkan sepatah kata - kata yang menceritakan dengan sederhana. Antologi puisi, tentang rasa uang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang ta...