Puan, dengan derai air mata surat ini ku tulis dengan sedemikian rupa.
Lekas kembali puan, aku lelah dengan cobaan yang puan berikan.
Puan, aku tak sanggup menelan realita bahwa aku harus kehilangan dirimu dan diriku sendiri.
Usiaku direngut, nyawaku direbut.Aku rindu, puan.
Belaian mesra yang kau tujukan kerambutku disaat malam tiba, ucapan ucapan manis yang kau lanturkan dan aku rindu lekuk senyuman yang slalu kau ciptakan.Puan, jika kau kembali nanti dan ragaku tak lagi dibumi tetaplah kuat seperti sedia kala, aku slalu bersama mu.
Aku tidak pergi puan, hanya tidur di pangkuan Tuhan.
Kau tetap bisa membelai mesra rambutku dan kau tetap bisa mengucapkan hal-hal manis puan.Akhir surat ini ku buat, aku harap sajakmu kau ubah jadi "pangkuan puan" bukan Tuhan.
Karena, ada atau tiadanya diriku kau tetap berhak merasakan bahagia meski tak bersama ku lagi, puan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATAH KATA
Poëziejika hidup terlalu rumit untuk d jelaskan. biarkan sepatah kata - kata yang menceritakan dengan sederhana. Antologi puisi, tentang rasa uang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang ta...