ketika bersamamu banyak yang menyuruhku untuk menyerah. “dia tidak baik, untuk kamu yang baik” kata mereka. namun, tak kupedulikan suara-suara itu. saat itu, kuyakin jika seburuk apa pun kamu pasti masih ada kebaikan yang terselip di dalam dirimu. sampai akhirnya waktu memberikan jawaban. kau meninggalkan, menyakiti terlalu dalam. pikirku kemudian, bukannya kau tidak baik. namun aku yang terlalu naif. menciptakan harap yang terlalu tinggi. pikirku, kau tidak akan menyakiti apalagi sampai rela untuk meninggalkan. aku yang salah. salah. salahku terlalu berharap padamu. salahku berpikiran jika kamu bisa saja berubah ketika mencintaiku. namun, hari itu aku tersadar jika ternyata kamu tak pernah cinta. tidak sedikitpun.
Aku melihatnya sebagai kesalahan yang baru. Tiap-tiap ucapnya mengingatkanku pada beberapa sosok yang pernah sekadar datang lalu pergi—dengan seenaknya. Tingkahnya begitu manis, meski terkaanku mungkin saja ini kelak akan berakhir miris. Entah apa yang sedang disusunnya, upaya untuk membuatku jatuh cinta ataukah hanya sekadar menjebakku dalam permainannya yang ujungnya adalah; luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATAH KATA
Poesíajika hidup terlalu rumit untuk d jelaskan. biarkan sepatah kata - kata yang menceritakan dengan sederhana. Antologi puisi, tentang rasa uang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang ta...