Bab 2

260 18 0
                                    

Ditempat lain, rumah Fathan...

Entah kenapa beberapa hari ini wajah gadis itu selalu datang dalam pikiranku, apakah aku sedang jatuh cinta kepadanya_batinku

"Berarti yang dikatakan orang orang diluar sana itu benar ada nya dong, cinta pada pandangan pertama...hahaha"

"Fathan, Fathan sejak kapan lo seperti ini..? Astagfirullahhalazim,, aku gak boleh terlalu memikirkan dirinya dia bukan mahramku..."
Maafkan hamba mu ini ya Allah_batinku.

Tok Tok Tok....
"Bang Fathan,,,itu teman abang nungguin di depan, katanya ada janji sama abang..."
Itu adalah adikku yang super duper cerewet, tapi bagaimana pun ia aku akan tetap sayang padanya.

Ku buka pintu kamar dan ku dapati ia sedang berdiri depan kamarku.

"Emang siapa dek? Perasaan Abang hari ini gak punya janji sama siapa siapa deh..."

Kupikir pikir lagi, apakah aku ada janji dengan teman temanku atau dengan seseorang, kayaknya gak ada deh_batinku.

"Eee,,,abang ini, cepetan turun itu dia sudah nungguin.."
Tanpa aba aba Nisa pun menarik tanganku, tanpa persetujuan dari abangnya sendiri.

"Dasar ya ni bocahhhhh,,,"ku cubit hidungnya Nisa dengan gemas.

"Eee abang sakit tauuu,,,"

"Hahaha,,,gak usah kali cemberut gitu..."
Nisa cemberut karena perlakuan abangnya terhadap dirinya.

"Emang siapa seh dek cari abang siang siang begini?..."ku tanyakan lagi pada Annisa siapa gerangan yang ingin bertemu dengan nya.

"Mana Nisa tau abangkuu sayang...." Ia pun memeluk ku dengan manjanya.

Ini lah salah satu yang aku suka dari Nisa, sifat manjanya dari dulu tak pernah hilang untukku, tapi bila kepada orang lain ia selalu bersifat tegas.

"Nahh itu dia bang orang nya..."

Ku tengok kearah yang ditunjuk Nisa dan ternyata....

"Kamu....

"Assalamualaikum mas..apa kabar kamu?"

Aku tak percaya seseorang yang membuatku terpuruk dimasa lalu kini datang lagi dihadapanku. Dengan penampilan yang sangat berbeda, dulu ia sangat berpenampilan sangat terbuka dan kini sudah tertutup alhamdulillahh perubahan yang luar biasa, tapi mau apa ia kesini, aku tak punya perasaan apa apa lgi terhadap dirinya_batinku.

"Mas..."

"Ehh,,,iya waalaikumsalam...ngapain kesini?" Tanyaku.

"Ee...Abang bukan nya di suruh masuk dulu ini malah di tanya jutek gito, ya Allah,, ada apa dengan abangku ini??" Cerocos Nisa.

"Gak apa apa ko dek, disini aja, aku gak lama ko, cuma ingin bicara sebentar saja dengan mas Fathan, boleh kan dek?"

"Boleh dong mbak, silahkan, tapi lebih baik kita bicara didalam aja, kan gak enak kalo diliat tetangga..."

"Disini saja dek, boleh gak adek tinggalkan dlu mbak sama mas Fathan berdua dulu, mbak ingin bicara empat mata dengan mas Fathan..."

"Oohh, kalau itu mau mbak silahkan mbak...."

Aku terdiam memperhatikan dua orang wanita didepan ku ini sedang berbicara, tanpa harus aku ikut campur.

"Abang, ingat ya jangan macem macem sama mbak nya, nanti jadi bahan gosip tetangga loo.."bisiknya.

"Iya.."

Annisa pun berlalu dan masuk kedalam rumah, hingga punggungnya tak terlihat lagi. Dan sekarang hanya aku dan dia tertinggal di depan  rumahku, Rasanya canggung harus bicara berdua seperti ini, tapi ku berusaha menghilangkan kecanggungan itu.

"Eemm...mas apa kabar?"

"Baik..."jawabku.

"Kamu gimana?tanya ku.

"Alhamdulillah baik mas..."

"Mas, aku gak bisa lama lama, aku hanya ingin minta maaf kepadamu soal masa lalu kita dulu.."
Aku hanya mendengarkan bait bait perkataannya, kubiarkan ia berbicara dulu, mungkin ada hal yang penting yang ia ingin bicarakan.

Mengingat masa lalu ku bersamanya sungguh sangat menyakitkan, ia dia adalah Felly. Masa lalu yang tak akan aku ulang lagi.

"Aku tau dulu itu aku salah tapi ketahuilah aku dipaksa untuk meninggalkanmu, itu semua bukan keinginanku, saat aku ingin menjelaskan semuanya, tapi kau tak mau menghiraukanku,  lebih lebih lagi kau tak mau lagi mendengar apa yang ingin aku jelaskan, kau pergi begitu saja membuat aku sakit, iya sakit, sakit itupun masih terasa sampai sekarang, tapi aku mencoba berpikir lebih dalam lagi, mungkin inilah takdir kehidupanku..."

"Mas mau kan memaafkan aku?" Tanya Felly.

"Emm, aku sudah memaafkanmu dari dulu, walaupun rasa sakit yang kau berikan masih terasa, tapi aku terus mencoba untuk menghapus segala..."

Aku tak habis pikir dengan diriku, kenapa harus kata kata itu yang keluar. Huh menyebalkan_batinku.

"Syukron mas.."

"Afwan..."

Hening...

"Emm, selain meminta maaf aku juga ingin memberikan ini pada mas..."

Ku ambil kertas yang terbungkus rapi dengan plastik putih bening itu dan saat aku membacanya aku terkejut, disana tertulis Undangan Pernikahan. Tak kusangka orang yang dulu kusayang sekarang sudah ingin menjalin rumah tangga.

"Alhamdulillah sudah mau nikah yaa, semoga bahagia ya, sakinah mawadah warohmah..."

"Aamiin..Syukron doanya mas, yaa sudah mas aku mau pulang dulu terimakasih atas semuanya mas... assalamualaikum..."

"Afwan,,waalaikumsalam.."

Ia pun berlalu begitu saja. Pergi dan tak akan kembali lagi padaku, walaupun rasa itu masih ada sedikit untuknya, tapi ku harus berusaha membuang semuanya, iya...harus_batinku.

Aku sekarang tidak tau apakah aku harus bahagia atau bersedih?Sungguh aku tak tau itu.

Tiba tiba...

"Abang!!..."

"Ya Allah, adekk! terkejut abang tau! Kalau Abang jantungan bagaimana?"
Benar benar ini anak, suka sekali ngagetin abangnya sendiri.

"Haha...lo, mbak yang tadi..mana bang?.." Tanya nya.

"Udah pergi tadi..."
Annisa yang mendengar nya hanya berooh ria.

"Oo ya dek, dari tadi aku gak lihat Ummi sama Abi? Emang kemana mereka..?"

"Ummi tadi pergi ke pasar, kalau Abi pergi kekantor katanya ada meeting penting"

Aku mendengar nya hanya mangut mangut.
Orang tuaku memang sibuk, Abiku bekerja di kantor keluargaku, Abiku seorang CEO dikantor untuk melanjutkan pekerjaan kakekku. Sedangkan Ummi hanya berjabat sebagai seorang ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus rumah, anak anaknya  dan suaminya.

"Ya sudah kita masuk, abang mau nonton televisi..."

"Iya bang..."

....


Jangan lupa tinggalkan jejak vote kalian yaa setelah selesai membaca.

#assy23

Penantian HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang