Bab 15

127 11 0
                                    

Fathan POV

Setelah pulang dari rumah sakit aku dan keluargaku sudah berkumpul dirumah untuk menyiapkan bahan bahan untuk acara besok.

Kulihat di ruang tamu tidak terlalu banyak orang-orang yang datang hanya ada kerabat dan tetangga yang sedang mempersiapkan semuanya sambil berbincang-bincang, suara gaduh dirumah begitu terdengar mengusik telingaku. Aku yang sedang bad mood pun berpikir kemana aku harus menenangkan diri. Saat ini aku membutuhkan ketenangan setelah apa yang aku baca dibuku deary nya Syifa, entah datang dari mana rasa sesak itu semakin menggebu ngebu mengingat kata kata yang ia baca waktu siang tadi.

Tak berpikir panjang akupun berjalan menuju dapur untuk mengambil minum untuk menenangkan pikiran yang sedang kacau. Dan didapur pun terlihat ada beberapa tetangga yang meyiapkan makanan besok.

Hehhh!!
Aku pun menghela nafas ku sepanjang panjangnya.

"Eh nak Fathan, mau apa nak.."ucap salah satu tetangga dekat rumahku yang kutahu namanya Mpok Lela.

"Mau ngambil minum Mpok.."ucapku sambil tersenyum padanya. Lebih tepatnya senyum terpaksa. Saat ini aku sangat sulit untuk memberikan senyuman tulus ku kepada orang sekitar maka dari itu kupaksakan saja tersenyum.

"Ohh, mau ngambil minum toh.."ucapnya sambil membalas dengan senyuman khasnya.

"Nak nanti panggilkan Nisa ya, suruh kebawah bantuin Ummi..."pinta Ummi dan diangguki olehku.

Setelah itu aku pun langsubg kekamar Nisa untuk menyampaikan pesan Ummi padanya. Saat aku sampai didepan kamarnya pintunya sedikit terbuka, kulihat ia sedang duduk di depan jendela kamar sambil memandangi langit, lalu akupun menghampiri nya.

"Dek, ko kamu disini? Gak mau bantu bantu Ummi dibawah? Tanyaku lembut sambil memandangi langit yang begitu indah saat dipandang.

Heningg..tak ada jawaban dari sang empu.

...

"Dek..."panggil ku lagi sambil menatap kearahnya.

"Emm, Nisa rindu banget dengan Bella bang...apa dia bahagia disana? Tanyanya lirih dan sendu dan masih menatap bintang bintang yang berkelap-kelip diatas langit.

"Kamu bicara apa toh dek, iya iyalah dia bahagia disana, bahkan bisa dibilang sangat bahagia....karena ia sudah tenang disana dekat Allah...."ucapku sambil menunjuk keaatas langit, berusaha untuk menghibur nya.

"Nisa rindu banget bang.. setelah kepergian nya setahun yang lalu rasanya Nisa tidak percaya.. begitu cepatnya ia pergi ninggalin Nisa...Nisa kesepian tak ada lagi tempat curhat Nisa, Nisa selalu berbagi padanya baik itu kebahagiaan ataupun kesedihan...kami lalui itu semua bersama-sama, dari kecil dia lah teman satu satunya Nisa yang selalu belain Nisa saat diganggu teman sekelas Nisa. Saat Nisa diejek teman teman Nisa selalu dilindungin, tapi sekarang Nisa kehilangan sosok seorang yang sangat berarti dalam hidup Nisa..."ucapnya lirih dan aku melihat ada raut kesedihan yang ia simpan.

"Dek, dengar kata kata Abang, adek gak boleh begini, ndak boleh sedih, kalau Nisa sedih Bella juga sedih disana melihat sahabatnya sedih karena tak merelakan kepergiannya. Sudah ya dek sekarang adek ikhlaskan jangan sedih lagi, yang Bella butuhkan itu bukan kesedihan Nisa tapi doa dari sahabatnya ini.."ucapku seraya menghiburnya.

"Kau tahu dek abang juga merasa kehilangan Bella, Bella itu sudah Abang anggap kayak adek Abang sendiri seperti adek Abang ini..."sambil mencubit hidung Nisa.

"Essss abanggg! Sakit tahu! Cemberutnya.

Akupun terkekeh melihat raut wajahnya yang sangat menggemaskan bagiku. Walaupun adekku ini sudah berumur 15 tahun tetap saja aku menganggap nya sebagai adik kecilku. Karena ia begitu manja bila berdekatan denganku.

Penantian HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang