Bab 20

153 12 0
                                    

Dikamar Syifa...

Sebentar lagi aku akan jadi seorang istri. Rasanya aku tak percaya aku akan menikah secepat ini. Tapi inilah takdir Allah, yang sudah Allah janjikan kepada setiap manusia.

Sahhh!!

Suara itu terdengar sedikit sayup-sayup ditelinga ku.

Kini badanku terasa panas dingin, dan jantungku seperti berpacu lebih cepat dan biasanya.

YA ALLAH...Apa ini?

"Selamat ya mbak, mbak sudah sah jadi seorang istri...." Kulihat kesamping kiriku. Anna, dia begitu bahagian melihat aku yang sudah berstatus sebagai seorang istri.

"Makasih Anna..." Ucapku sambil tersenyum, ah ralat!!! Lebih tepatnya hanya senyum keterpaksaan.

"Syifa, ingat ya jadi seorang istri yang baik, jangan nyusahin aja kerjaannya...." Ucap Aila antusias.

Aku yang melihatnya hanya tersenyum getir. Bagiku pernikahan ini sulit untuk kuterima.

Tiba tiba pintu kamarku di ketuk.
Tok tok tok..

"Syifa,,,kamu jangan nangis lagi yaa, itu suamimu sudah datang kami keluar dulu, ayo Ai, Anna.." lalu mereka pun keluar dari ruangan itu.

Saat ini aku tak berani memandangnya,aku hanya menunduk dan menunduk.

"Assalamualaikum..."

Aku yang meliriknya sedikit demi sedikit, ia duduk disampingku. Kini rasanya jantungku seperti mau keluar dari tempat persembunyiannya.

"Assalamualaikum Humairah...." Ia mengulangi salamnya lagi.

"Eh, waalaikumsalam..." Jawabku gugup.

Aku terlonjak saat melihatnya duduk didepan ku, tapi yang lebih terkejut nya ia bukan Fathan melainkan Arfan.

"Arfan..." Aku tak peduli kalau mataku saat ini sedang membola.

"Ngapain kamu disini? Mana Fathan? Tanyaku khawatir, aku tak mau kalau Fathan melihat adegan ini, bisa bisa ia akan marah padaku.

"Ini....(sambil menyerahkan sebuah surat)...bacalah.."

Aku kini yang khawatir berubah menjadi kebingungan. Apa maksudnya_batinku.

"Ayo ambil..."

Lalu aku mengambil surat itu dan langsung membacanya.

From : Fathan Azhari
To. : Hairatus Syifa.

Assalamualaikum Syifa.
Kamu pasti terkejut kan kenapa yang didepannya saat ini bukan aku melainkan Arfan...

'Hah? Maksudnya apa ini? Apa dia sudah tahu? Entahlah!! Aku dilanda kebingungan sekarang! Lalu aku lanjutkan kembali membaca surat tersebut.

Maaf, aku gak cerita ke kamu sebelumnya, aku sudah tahu yang sebenarnya. Maaf kemarin itu aku membaca buku harianmu, maaf banget, aku lancang membaca bukumu itu, aku juga berterima kasih pada Allah karena lewat buku itulah aku tahu yang sebenarnya, dari situlah aku mengetahui segalanya, tentangmu, dan tentang Arfan.

Deg!!
Buku harian ku? Mas Fathan membacanya, astagfirullahhalazim, dari mana ia mendapat buku itu?_tanya batinku syok.

Tak mau bergalut berlama-lama memikirkan pertanyaan pertanyaan itu, lalu aku melanjutkan membaca surat itu lagi, mungkin saja disana ia menjelaskan lebih jelas lagi tentang semuanya ini.

Sebelum pernikahan berlangsung, aku bertemu dengan Arfan di taman depan, lalu aku menghampirinya, kau pasti bingungkan dari mana aku tahu yang mana Arfan?
Haha, aku tahu Arfan dari buku diary mu juga Syifa, maaf ya aku membuka buku privasi mu itu, sebab waktu dirumah sakit kemarin ummi menyerahkan buku itu padaku dan ia menyuruh ku untuk membacanya.

Penantian HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang