BAB 9

31.5K 2.6K 92
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•ARSYILLA POV•

SUASANA hati gue udah mulai membaik setelah sahabat-sahabat gue dengerin cerita gue dan ngasih saran. Mami juga udah dibolehin pulang karena lukanya gak separah kemarin lagi.

Mikrofon sekolah gue tiba-tiba bunyi dan seseorang bacain pengumunan. Lagi dan lagi gue harus datang ke ruang OSIS karena semua anak OSIS disuruh ngumpul buat rapat.

Ruang OSIS... mungkin bisa dibilang salah satu ruangan yang paling gue benci di Garuda.

Dan sekarang gue harus duduk manis di sebelah ketua OSIS yang galaknya nauzzubillah sambil dengerin pembahasan mereka tentang penyambutan tamu dari luar kota.

"Menurut lo semua bagusnya kita nyambut nya gimana?" tanya Radith pada semua anggota OSIS.

Merasa gak ngerti apapun mengenai organisasi ini, gue pun memutar bola malas. "Nggak tau gue. Terserah lo pada aja," jawab gue ogah-ogahan.

"Ih! Masa wakil ketua OSIS nggak bisa diandalin sih," protes seorang cewek. Gue iseng ngelihat ke arah name tag-nya karena kepo sama manusia yang berani-beraninya nyolot kayak gitu ke gue.

Dinastri Putri Ayu, namanya bagus juga sih. Selamat! Lo berhasil masuk dalam list haters gue yang terang-terangan banget.

"Iya nih dari dulu nggak becus banget jadi wakil ketua," timpal yang lain.

Kayaknya rapat kali ini bakalan ganti topik jadi 'apa aja yang pernah dikerjain seorang Rembulan Arsyilla selama menjadi wakil ketua OSIS'

"Gantiin sama Raisha aja gih," celetuk Dyra. Cewek yang terkenal dengan sifat kalem dan alim, antara bumi dan langit banget sama gue. Tapi julid juga keliatannya.

"Cukup, rapatnya sampai disini aja. Lo pada kalau mau protes jangan ke Arsyilla," putus Radith mengakhiri rapat ini.

Gue milih diam aja malas nanggepin lagi. Sambil mainin pena yang ada di tangan gue. Ingatan gue mulai berpacu buat ngingat apa-apa aja yang pernah gue lakuin selama di OSIS.

Setelah diinget-inget lagi, gue cukup sadar kalau selama ini gue gak pernah ngebantu apapun. Mungkin ada benarnya juga ide tuh anak tadi. Gantiin posisi gue itu udah jalan terbaik kayaknya. Ide yang gak buruk-buruk banget sih kalau dipikir lagi.

Gue narik nafas panjang buat nyiapin diri manggil manusia yang bakal keluar dari ruangan ini. "Radith," panggil gue.

"Kenapa?" Spontan Radith balikin badannya jadi menghadap gue.

Gue menggaruk tengkuk karena ngerasa awkward banget. "Kayaknya yang di bilang anak OSIS ada benernya deh. Gue di gantiin sama Raisha aja deh, Dith. Raisha anaknya baik, rajin, di tambah alim lagi. Nggak kayak gue udah badgirl, keluar masuk BK, sering cabut, nggak pandai dalam hal akademi."

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang