BAB 46

39.3K 2.3K 1.4K
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•AUTHOR POV•

WAKTU sudah menunjukkan pukul 11 malam yang mana terlalu larut bagi siapapun untuk tetap berjaga. Bintang bertaburan bebas di di angkasa sembari menyinari kegelapan malam di Jakarta. Hembusan angin bisa terasa kencang hingga menusuk kulit.

Usai melakukan kegiatan night ride-nya, Radith bergegas menjemput cewek yang sebelumnya mengirimkan pesan kepadanya dan mengadu jika sang pemilik rumah sudah merepet tidak jelas.

Jaketnya di biarkan terbuka sehingga memperlihatkan lambang polo pada kaus yang ia kenakan. Wajah mempesonanya pun dibiarkan terlihat sebab kaca helm fullface-nya yang terbuka.

Radith menggapai ponselnya ingin menelpon seseorang setelah berhenti tepat di depan rumah abu-abu yang di batasi pagar tinggi di depannya saat ini.

Panggilan mulai terhubung, Radith terlebih dulu berbicara sebelum orang di seberang panggilan itu mengeluarkan suaranya.

"Gue di depan."

Radith mematikan panggilan itu secara sepihak. Netra kebiruannya mulai menjelajahi sekeliling area rumah Elsya yang terlihat sepi. Post satpam di rumah itu juga terlihat kosong.

Ravino pernah bercerita kepadanya jika Elsya itu terbiasa hidup bersama pembantunya. Persis seperti dirinya dulu yang sering ditinggalkan oleh Abizar dan Dinara.

"Gue tabok lo ya, Syill."

"Tabok aje. Gak urus gue tuh."

Perdebatan kedua gadis di balik pagar tinggi itu membuat Radith mengarahkan atensinya kesana.
Dari teras rumahnya Elsya melambaikan tangannya sembari menaik turunkan alisnya yang membuat Radith keheranan.

Arsyilla berjalan ke arah Radith sembari memegang ponselnya. Rambutnya sengaja di gerai akibat sakit jika terus-terusan di ikat.

"Lama nunggunya, ya?" tanya Arsyilla.

Radith menggeleng pelan. "Gak."

"Woi jangan bucin lo malem-malem!!"

Arsyilla mendengus kencanh, menajamkan pengheliatannya ke arah Elsya dengan jari tengahnya yang di angkat ke udara. Sahabatnya itu selalu saja menganggu momennya dengan Radith.

"Masuk lo setan!" balas Arsyilla setengah berteriak agar tetangga Elsya tidak dapat mendengar makiannya.

Terkekeh sesaat, Elsya mengacungkan jempolnya lalu melangkah masuk.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang