BAB 80

17.2K 1.8K 11.4K
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Spam pakai emot '🖤' sebanyak banyaknya disini->

❗️Chap selanjutnya akan di up jika Komen mencapai 10k dan 1k komen❗️

Siapkan tissue dulu ya para khalayak umum🥳💞

Play the mulmed: 🎵All i ask- Adele

Setelah membaca chap ini silahkan buka @dailypira karena disana ada video yang di jamin bisa bikin kalian tambah ngefeel🥳🥳

Setelah membaca chap ini silahkan buka @dailypira karena disana ada video yang di jamin bisa bikin kalian tambah ngefeel🥳🥳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•AUTHOR POV•

RATURAN motor sport kini di kendarai dengan kecepatan di atas rata-rata atas perintah sang ketua yang sudah berada pada barisan paling pertama. Melewati jalanan yang akan membawa mereka pada satu-satunya tujuan penting mereka saat ini.

Keributan yang ditimbulkan oleh suara knalpot mereka berhasil memecahkan keheningan pada jalanan kota. Menarik perhatian para pengendara lainnya yang tentunya ingin tahu apa yang akan mereka lakukan saat ini.

Dark Shadows, nama itu seakan sudah memiliki tempatnya sendiri sejak dulu. Tentang siapa pemimpinya, apa yang masalah yang tengah mereka hadapi, dan apapun mengenai geng motor itu sudah seperti rahasia umum.

Sang pembalap andalan geng itu sudah terlebih dahulu melesat. Nathaniel Effandi memang sudah tak asing lagi bila harus menjadi orang pertama yang melesat ke lokasi.

Radith mengetatkan rahang di balik helm fullface-nya. Deru nafasnya terdengar tak beraturan akibat emosi di dadanya yang membara. Mata kebiruannya itu sudah memancarkan kilatan amarah yang siap meledak sebentar lagi.

Seseorang berbaju hitam dengan jaket kebanggan dari geng tersebut yang melapisi tubuh kekarnya. Nathan membuka helm fullface-nya lalu menoleh ke belakang. "Kita udah sampai," ucapnya.

"Anjir beneran ini tempatnya?" Fareno menatap ragu pada bangunan tua yang terlihat sangat tidak layak untuk di tempati lagi.

Nathan menganggukkan kepalanya mantap. "Iya, bang jago."

"Gak ada setannya kan?" tanya Saggaf sembari bergidik ngeri.

"Gue rasa lo setannya, Bang," jawab Nathan enteng dengan tampang tak berdosa.

"Anying lu!" maki Saggaf.

Gavin memandang tajam pada manusia yang sedang berceloteh disebelahnya itu. "Lagian pertanyaan lo nyampah amat monyet! Udah tau kesini tujuannya mau nyari Arsyilla. Lah elo? Malah nanyain setan. Lo pikir mau ikutan dunia lain hah?" hardiknya.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang