BAB 33

21.8K 1.8K 409
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•AUTHOR POV•

SOAL yang berisikan angka-angka di hadapannya memancarkan sesuatu yang mengerikan tersendiri baginya. Ia di buat mabuk kepayang saat pertama kali melihatnya. Gadis itu menelan ludah kasar sebab tak mengetahui satu pun jawabannya.

Arsyilla melirik Elsya yang tampak memperhatikan kertas itu dengan dahi yang berkerut. Ia terkekeh pelan, sahabatnya itu memiliki kelemahan yang sama dengannya terutama dalam bidang hitung menghitung.

Adelia lah satu-satunya sahabatnya yang mampu menampung pelajaran dengan mudah. Arsyilla sempat menerka apa saja jurus jitu yang digunakan gadis itu untuk memahami pelajaran.

"Sttt... woi Elsya," bisik Arsyilla memanggil-manggil Elsya sembari mendekatkan tubuhnya ke arah gadis itu. Cewek di sebelahnya itu spontan menoleh dengan tatapan tajamnya. "Kenapa hah?!" tanya Elsya.

"Buset galak amat dah lo," cibir Arsyilla.

"Buruan bangke, ngapa lo manggil gue?" tanya Elsya sekali lagi.

Arsyilla tersenyum sambil menunjuk kertas ulangannya. "Lo tahu nggak jawabannya, El?"

Elsya melotot ke arah Arsyilla." Lo nanya gue?!"

"Iya elo lah siapa lagi. Emang disini cuman lo doang yang namanya Elsya bego," sungut Arsyilla.

"Heh! Udah tahu gue bego soal ginian. Pake acara nanya lagi lo," balas Elsya tak mau kalah.

Arsyilla melayangkan pandangan malasnya ke arah sahabat karibnya itu."Nyesel gue nanya," ketusnya.

Arsyilla memilih memandang ke depan. Gurunya terlihat tertawa puas sambil melihat layar ponselnya. Kesempatan yang bagus, Arsyilla bisa memanfaatkan situasi ini dengan baik.

Satu-satunya harapannya saat ini adalah Bagas. Pemilik nama panjang Bagas Putra Renandra itu sering mendapatkan peringkat terbaik, mau itu di kelas ataupun seangkatan.

Kepintaran yang dimiliki cowok itu terkadang membuat Arsyilla sulit mempercayainya. Gadis itu menulis sepenggal kalimat di atas kertas yang lipas asal secara pelan-pelan. Arsyilla melemparkan kertas tersebut ke arah Bagas yang duduk tidak jauh darinya.

Bagas yang mendapati gumpalan kertas mendarat di depannya langsung saja menoleh kesana kemari mencoba mencari tahu siapa yang melemparnya. Netranya menangkap Arsyilla yang tengah melambaikan tangannya ke arahnya sembari tersenyum lebar.

Kalimat bertuliskan 'bagi jawaban dong ayang Beb Bagas cintaku' membuat Bagas menggelengkan kepalanya. Gelengan kepala diberikan Bagas kepada gadis itu. Bagas tidak pernah memakai perasaan jika berinteraksi dengan Arsyilla.

Sosok Arsyilla yang selalu tertawa di baliknya terdapat kisah pahit dalam hidupnya. Bagas menganggap gadis itu seperti saudara kandungnya sendiri.

"Sabar gue nulis dulu," balas Bagas tanpa suara. Dari tempat duduknya Arsyilla cukup mengerti apa yang diucapkan cowok itu membuatnya menganggukkan kepala penuh semangat.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang