Part 16

504 18 0
                                    

Ivi dan Calvin pun sedang menikmati sarapan pagi mereka.
"Felix sudah hubungi lo kak?"- Calvin membuka obrolan.
Ivi diam dan hanya menggelengkan kepalanya.
"Mungkin hpnya mati kak... Sabar ya kak..."
"Iya vin.. Aku maklum kok.. Resiko aku juga yang nikah sama dia.. Disaat aku hamil besar gini, dia malah gak ada di samping aku. Heheh..."
"Gue tahu kak... Pasti rasanya sakit banget. Disaat lo butuh sosok suami yang perhatian sama lo karena kondisi lo ini, suami lo malah dengan tega gak peduli sama lo. Apa yang terjadi?! Gue gak bisa diam aja. Gue harus cari tahu. Ini bener-bener aneh!"-Batin Calvin
"Vin, aku mau ke halaman belakang,ntar kalau sudah siap, piringnya letak di pencucian piring aja ya.."
"Siap kak.."

Ivi duduk di tepi kolam renang rumahnya, ia menggerakkan kakinya di air, sambil sesekali ia mainkan air itu dengan tangannya. Ia merasa sedikit tenang dengan itu.
"Aku rindu.. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Di mana kamu sekarang? Kenapa belakangan sikap kamu ke aku berubah? Aku salah apa?"Batin Ivi. Ia meneteskan air matanya. Sungguh, ia sangat terisak. Ia menangis dalam diam, tentu itu sangat menyakitkan. Ivi menunduk, menatap air di kolam itu. Tenang dan dingin.
Calvin terus memperhatikan Ivi dari balik jendela. Ia tak tega. Hatinya ikut tersayat melihat Ivi seperti itu. Ia tahu bahwa Ivi sedang dalam kondisi buruk sekarang. Hati Ivi tentu berantakan dan bertanya-tanya mengenai suaminya.
"Maafin gue kak.. Gue gak bisa bantu apa-apa..." cuman Calvin.
Ivi pun berdiri dan duduk di kursi yang ada di halaman belakang tersebut. Ia mengelus perutnya yang mulai membesar.
"Hai baby... Maaf ya.. Mama belum bisa sampaikan rindu kamu ke papa. Kamu pasti pengen banget diajak ngobrol sama papa, mama tahu kok dari cara kamu bergerak di dalam. Tapi, papa belum bisa sayang.. Kamu doain ya semoga papa bisa cepat pulang dan kita bisa kumpul lagi. Please,jangan nyakitin mama ya dari dalam. Mama sayang banget sama kamu..." Ivi menahan tangisnya. Ia menatap kosong ke depan. Ia bingung.

Hati Calvin kembali tersayat melihat itu.
"Gue bener-bener gak sanggup ya Allah... Di saat seperti ini, Ivi harus menanggung semuanya. Pasti sakit banget.. Ya Allah kuatkan Ivi..." Gumam Calvin. Tak tahan melihat kesedihan Ivi, Calvin datang dengan tissue di tangannya.
"Kak, nih usap air mata lo.. Gue tahu lo nangis tadi.."ucap Calvin sendu.
Ivi menatap Calvin dengan tatapan sendu.
"Thanks.." Ivi mengambilnya dan mengusap air matanya.
Calvin ikut duduk di kursi sebelah Ivi.
" Lo kalau perlu sesuatu bilang sama gue ya kak.. Gue bakal selalu bantuin lo.. Lo gak perlu sungkan. Selama Felix gak ada, gue yang bakal gantiin posisi dia." ucap Calvin. Tentu ucapan itu membuat Ivi menatap bingung pada Calvin. Yang ditatap pun akhirnya menjelaskan.
"Hmm maksud gue, kayak hal-hal kebutuhan lo kak.. Lo mau kemana atau mau apa gitu lo bisa bilang ke gue. Gue siap bantu kok.." Ucap Calvin kikuk.
"Heheh iya vin... Makasih ya kamu sudah baik banget sama aku."
"Iya kak sama-sama."
Drrttt...
Hp Calvin berdering. Calvin melihat notif tersebut dan ternyata ada panggilan masuk dari anak buahnya.
"Kak,bentar ya gue angkat telpon.. Heheh"
"Eh iya vin gapapa..."
Calvin sedikit menjauh.
'Bos, saya mengirimkan beberapa bukti melalui email anda. Dia selingkuh bos. Lebih tepatnya dengan sahabat istrinya sendiri. Tapi, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, dia dijebak bos. Bos bisa lihat langsung pada kiriman di email.'- ucap Orang di seberang sana.
Calvin langsung memutuskan sambungan dan mengecek email nya. Benar, terdapat foto Felix yang memeluk perempuan lain di sebuah kamar. Wanita itu juga mengecup Felix dengan nafsu. Yang Calvin tak percaya, di foto itu, Felix dalam keadaan sadar. Ya, matanya terbuka. Setelah lama menatap foto tersebut, Calvin menyadari sesuatu.
"Wanita ini... Bukankah dia pasien yang waktu itu periksa denganku? Dan ternyata dia sahabatnya Ivi?! Bedebah! Dasar jalang! Aku akan menghancurkan hidupmu jalang!"- Batin Calvin.

Ivi yang melihat Calvin berdiri terlalu lama sambil menatap ponsel nya, Ivi pun memanggil.
"Vin, telepon dari siapa?"
Calvin beralih menatap Ivi. Ia pun berjalan ke arah Ivi dan duduk.
"Ah itu tadi asistenku kak..."
"Oh.."
"Kak, mau tanya nih.."
"Apa?"
"Kakak punya sahabat? hm cewek?"
"Iya,kenapa?"
"Namanya siapa?"
"Kok kamu nanya gitu? Kamu mau aku kenalin? Heheh"
"Ah.. Cuma pengen tahu aja heheh.."
"Oh.. Namanya Shena Adinda ... Kamu mau kontaknya?"
"Boleh?"
"Boleh donk.. Dia juga single lho.. Siapa tahu kalian cocok heheh..."
"Heheh bisa aja kakak..."
"Lo baik banget kak.. Sumpah.. Tapi sayangnya,sahabat lo itu dengan gak tahu dirinya malah mengkhianati lo.."Batin Calvin
"Nanti langsung dichat aja... Baik kok dia."
"Hm iya kak..."
"Bahkan dia gak sebaik yang lo kira kak..."

Relationship Between Captain And LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang