"Gue boleh gak ingkar janji?" Masih, Aksen masih tetap menatap ke arah depan.
"Maksud lo?" Pertanyaan Nina membuat Aksen menoleh kepadanya.
"Gue mau berusaha buat bukan hanya menjadi sekedar teman lo, boleh kan?"
Aksen berbicara dengan sangat lembut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nina berdiri termenung di teras kamarnya, menikmati angin segar yang terus bertiup menerpa tubuhnya dan mengurai rambutnya.
Malam nanti dia akan kembali melakukan rutinitasnya yaitu bimbel bersama Rahma dan temannya yang lain disana.
Cuaca agak mendung tapi dia merasa sangat rindu pada ayahnya, entah mengapa dia akhir-akhir ini jarang memgunjungi makam ayahnya.
Nina mengganti pakaiannya menjadi menggunakan baju putih polos dan celana levis hitam, dia juga mengambil topi berwarna hitam polos.
Saat melihat cuaca yang sedikit mendung, dia memutuskan mengambil jaket di dalam lemarinya.
Tak sengaja saat mengambil jaket, dia melihat jaket loreng yang dulu pernah dipinjamkan oleh Aksen.
"Gue lupa kembaliin lagi" Gumam Nina.
"Besok aja deh" Putusnya lalu meraih jaket berwarna hitam dan mengenakannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nina memutuskan berjalan kaki karena tempat ayahnya di makamkan tidak jauh dari kompleks perumahannya.
Saat perjalanan wajahnya nampak murung dan tersimpan banyak kesedihan dari raut wajahnya itu, bahkan kini rasanya dia ingin pergi dari dunia yang amat membosankan ini.
Setibanya di depan tempat pemakaman, Nina menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
Bibirnya mulai tertarik mengembang dan wajahnya kembali gembira, dia memaksakan tersenyum hanya untuk menemui ayahnya yang sudah cukup lama meninggalkannya.
