Lejar -18

63 3 0
                                    

Senyum kamu adalah magnet, sekali dilihat mampu membuatku ikut tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum kamu adalah magnet, sekali dilihat mampu membuatku ikut tersenyum

---

Sesampainya didepan rumah Nina, Rahma memberhentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Nina.

"Thanks ya tumpangannya" Ucap Nina.

Rahma tetawa kecil "Nin, lo itu sahabat gue gak usah kali bilang makasih. Kayak sama orang lain aja"

Nina tersenyum "Gue turun ya, lo hati-hati ngendarain mobil jangan ngebut"

"Iya Ninaaa"

Nina tidak langsung masuk ke pekarangan rumahnya melainkan dia menatap kepergian mobil Rahma yang perlahan demi perlahan menghilang dari tatapannya.

Saat Nina ingin membuka pagar, suara seseorang menghentikan pergerakannya. Nina berbalik disana sudah ada Aksen yang membawa kantongan plastik berwarna hitam.

Aksen mendekat pada Nina "Nih ambil"

Nina menautkan kedua alisnya "Hah? Ini apa?"

"Gue tadi beli sop ayam, gue tau lo suka makan sop ayam kan?"

Nina penasaran pada kantong plastik itu, dia segera mengambilnya dari tangan Aksen.

"Eh iya bener. Tapi, lo tau dari mana kalo gue suka sop ayam?"

"Apa sih yang gue gak tau tentang lo"

Nina tersenyum tipis "Jangan-jangan lo cenayang ya?"

Aksen ikut tersenyum bukan karena ucapan Nina tetapi saat dia melihat Nina tersenyum, bagi Aksen senyum Nina adalah magnet bagi dirinya karena sekali Nina tersenyum dia pasti akan ikut tersenyum.

"Kenapa sih, Ak?" Wajah Nina tiba-tiba berubah menjadi datar.

Aksen menaikkan sebelah alis menunggu lanjutan dari ucapan Nina.

"Kenapa lo bisa langsung pilih gue jadi inceran lo?"

Aksen menghela napas "Gue gak jadiin lo inceran"

"Gue pengen aja kenal sama lo dan punya hubungan"

"Tapi gak harus pacaran kan? Gue sekarang lagi nggak mau pacaran, tapi sikap lo ini buat gue bimbang karena lo selalu peduli sama gue" Ucap Nina menunduk, dia tidak bisa terus begini berbuat baik pada Aksen bisa membuat Aksen berpikir bahwa dia menyukai Aksen tapi dia belum memiliki perasaan pada Aksen, dia hanya menganggap Aksen sebatas teman, itu saja tidak lebih.

Aksen mengelus puncak kepala Nina "Gue gak mau jadiin lo pacar dulu kok, temenan mau?"

Nina yang awalnya menunduk mulai menatap Aksen kembali.

Nina tersenyum "Temenan yah gak lebih" Ucap Nina memajukan jari kelingkingnya.

Aksen pun ikut tersenyum dan menautkan jari kelingkingnnya dengan jari kelingking Nina "Janji"

LEJAR (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang