Aku memasuki rumahku dengan perlahan lalu menutup pintu dibelakangku. Aku melihat ruang tengah dan aku bingung dengan pemandangan eomma (ibu) yang sedang menangis. Aku menyeret tas ranselku dan berlari mendekatinnya."Bagaimana ini!" Dia menangis dengan sangat keras, sementara appa (ayah) duduk disebelahnya dan menepuk-nepuk pundak eomma.
"Eo-eomma, kenapa?" tanyaku dan kedua orangtuaku memandangku bersamaan.
"H-Hyejin-ah..." Appa menghembuskan nafas berat.
Aku menatapnya dengan tatapan bingung, tetapi mereka tidak melanjutkan ucapannya.
"Appa, ada apa?!" Aku mulai berteriak tidak sabar karena di situasi yang seperti ini, aku malah tidak mengetahui apapun.
"Hyejin... Halmeoni (nenek)... Sudah tidak ada..." kata eomma di sela-sela tangisannya.
Aku menjatuhkan tas raanselku dan menatap mereka, kaget.
"Apa? Aku nggak percaya!" Aku bernafas dengan sangat berat, air mata mulai membanjiri mataku, bibirku bergetar, rasanya aku sudah mau pingsan.
"Tetangganya menelpon dan memberitahu kita. Dia sebenarnya mempunyai penyakit yang melemahkan sistem imunnya, dan sekarang dia... tidak bisa melawan penyakit itu dan dia pergi." Appa menjelaskannya padaku.
Aku terjatuh ke lantai, menangis dengan sangat keras.
"Ini semua salah eomma! Kita seharusnya pergi mengunjungi halmeoni (nenek) kapan hari!" Aku berteriak pada eomma.
Eomma tidak menjawabku dan tetap terus menangis.
"Anakmu benar. Kenapa kamu terus mengutamakan kerjaanmu?" kata appa.
"Diam." kata eomma. "Kamu tidak bisa melakukan yang lain selain menyalahkanku ya!?"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, kamu kenapa sih!?" appa berteriak.
Mereka bertengkar. Lagi. Dan aku kecewa, sangat.
"STOP BERTENGKAR!" Aku berteriak. "KALIAN BERDUA ADALAH ORANGTUA YANG PALING BURUK! Halmeoni baru saja meninggal dan kalian berdua masih bisa bertengkar hanya karena masalah konyol! Mengapa kita tidak bisa saling mencintai saja sebagai satu keluarga?!"
Aku menatap mereka selagi menangis. Aku berlari pergi dan keluar dari rumah, menangis semauku. Aku baru saja pulang kerumah dengan tenang, tetapi semuanya menjadi hancur berantakan lagi.
Aku menghembuskan nafas, sudah sangat capek.
Aku mengeluarkan HP ku dan menge-chat Taehyung.
Bisa ketemu sebentar? Aku lagi down banget -- Hyejin
Aku berjalan sampai di ujung taman dan duduk di salah satu kursi taman disitu, mengecheck HP ku.
Okay, Aku sudah berjalan ke taman. -- Taehyung
Air mataku masih terus mengucur keluar. Aku hanya tidak percaya halmeoni sudah tidak ada. Aku mencoba untuk menelpon halmeoni.
"Halmeoni, tolong jawablah..." Aku berkata pada diriku sendiri.
Tidak ada respon. Dia benar-benar sudah pergi dan tidak kembali, yakan?
Aku mematikan telponnya dan menutupi wajahku dengan kedua tanganku.
"Hyejin-ah!" Taehyung memanggilku. Aku melihatnya berlari kearahku, terengah-engah.
Sebelum aku sempat menjelaskan apapun padanya, dia duduk disebelahku, memelukku erat.
"T-Taehyung..." Aku lanjut menangis di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant ⊹ kth (✓)
FanfictionDia takut pergi ke sekolah hanya karena satu nama. _____ Mr Arrogant ∥ kth ≫ book 1 © wtkfics 19M ⦿ | 779k ⊛ Awards ≫ Wattys2016 & The Fiction Awards #4 fanfiction - 22/12/2017 𝐚𝐟𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬𝐥𝐚𝐭𝐞𝐝 : #1 boyinluv - 26/04/2020 © tijiwoo