First

138 10 4
                                    




Hari ini, hujan mengguyur kota Jakarta, suara rintikan air terdengar menembus kaca cafe. Gadis itu duduk di dekat kaca, sesekali ia mendengus, merutuki dirinya yang gegabah karena mengerjakan tugas di cafe demi menikmati secangkir latte. Sambil menunggu hujan reda, ia memainkan jarinya di keyboard laptopnya untuk mengangsur tugas sekolah, sambil menyesap minumannya.

Perhatiannya teralihkan mendengar dering ponsel di sebelah laptopnya, kedua manik cantik itu melirik demi melihat siapa yang menelepon. Ia meraih ponselnya lalu menekan tombol hijau.

"Dek, cepat pulang ya, sudah hampir malam" Terdengar suara dari sebrang yang dapat menenangkan hati Clara, suara mamanya.

"Iya ma.."

Sambungan terputus dari satu pihak. Clara menutup laptopnya lalu memasukkannya kedalam tas, tidak lupa ia meneguk latte nya sampai tandas. Ia beranjak menuju kasir untuk membayar minumannya.

Petugas kasir mulai mengecek pesanan Clara dan menjumlahnya. Sementara Clara sibuk merogoh tas, berusaha menemukan dompetnya. Seingat gadis itu, ia sudah memasukkan dompetnya kedalam tas. Namun, entah kenapa ia tidak dapat menemukannya. Ia mulai kelabakan, takut dompetnya terjatuh disuatu tempat. Lalu, ia menatap wanita dihadapannya, petugas kasir itu tampak kebingungan dengan gerak gerik Clara.

"Totalnya tiga puluh ribu, Kak" Ucap petugas kasir itu.

Clara bingung harus bagaimana, apa ia memberikan ponselnya saja sebagai ganti? Ah tidak mungkin! Itu barang berharga, apa ia memberikan kalung yang melekat di lehernya? Tidak juga! Ini pemberian papanya. Clara berpikir cukup lama hingga terdengar suara bariton dari samping.

"Ini aja, sekalian sama punya saya" Clara melihat selembar uang lima puluh ribu disodorkan diatas meja kasir. Petugas kasir itu mengangguk.

Dengan segera, Clara menoleh pada sosok yang kini berdiri disampingnya, dan menemukan pemuda tampan, tinggi , serta mengenakan jaket bomber berwarna hitam. Ia tidak asing dengan wajah itu, seperti pernah ia temui, tapi dimana?. Akhirnya Clara ingat cowok ini adalah salah satu the most wanted disekolahnya yang terkenal bandel dan otak yang pas-pasan.

"Makasih, nanti gue ganti, kita juga satu sekolah kan?" Suara Clara yang sengaja ditinggikan karena cowok itu berlari pergi meninggalkannya. "Gak sopan! Main lari aja" batin Clara dalam hati.

*****

Clara membanting tubuhnya di ranjang, ia menatap langit langit kamarnya sambil memikirkan tentang cowok itu tadi di cafe. Clara sangat berterimakasih tapi juga kesal karena cowok itu meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ia beranjak dari ranjangnya dan menuju meja belajar, ia harus melanjutkan chapter yang ia gantung kemarin. Clara, gadis itu sangat suka menulis cerita di wattpad, itu sudah menjadi hobinya sejak SMP kelas 9. Menulis itu sangat menyenangkan, hal lain yang dia lakukan selain menggambar dan belajar.

Cklek

Pintu kamar terbuka dan mama Clara sudah bersandar dipintu sambil tersenyum kepada putrinya.

"Keluar gih, makan malam sudah siap" Ucap Vidia, mama Clara.

"Iya ma , nanti Clara nyusul"

Vidia menuju meja makan dulu, sementara Clara membereskan buku bukunya dan menutup laptopnya, ia bergegas menuju meja makan.

Clara menarik kursi dan duduk dihadapan papa dan mamanya. Ia meraih piring lalu mengambil nasi dan sayur.

"Bagaimana sekolah kamu, Clara?" Jeffry memulai percakapan

Heartbeat [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang