Ninth

52 4 0
                                    



Clara membanting tubuhnya diatas ranjang, ia meraih ponsel yang diletakkan di nakas, membuka pesan satu persatu, tapi tidak ada yang penting, hingga suara ketukan pintu menginterupsi aktivitasnya.

"Siapa sih ngetuknya brutal banget, papa kerja, mama arisan, abang juga lagi di bandung, emm kalo Aliyah sama Rafael masih ke Ancol dan bilang pulang malem" Gerutu Clara sewaktu menuruni tangga.

"Iya bentarr! Sabaran dikit napa" Pekik Clara saat suara ketukan makin keras.

Cklek

"Lama banget sih buka pintunya" Gerutu Devon

"Lo ngapain kesini?" Tanya Clara jutek

"Niatnya sih mau belajar, tapi nggak jadi" ucapnya enteng

"Terus ngapain?"

"Ngajak lo jalan"

Terlihat pipi gadis itu memerah seperti udang rebus, padahal hanya di ajak jalan, tapi pikirannya berkelana ke hal yang tidak mungkin terjadi. Clara mengangguk sebagai tanda setuju dan memiringkan badannya agar Devon bisa masuk, setelah itu ia menyuruh Devon untuk menunggunya.

*****

Devon mengajaknya ke pasar malam, Clara sangat senang jika di ajak ke tempat ini. Baginya sederhana, namun membuat dirinya bahagia.

Clara melihat suasana pasar malam dengan hati yang begitu bahagia, ia mengedarkan pandangannya, banyak sekali wahana, rasanya ingin mencobanya satu persatu.

"Dev, naik itu yuk!" Ajak Clara begitu antusias sambil menunjuk sebuah bianglala yang ukurannya paling besar.

Devon mengangguk menuruti keinginan gadis itu, kemudian mereka membeli tiket dan menunggu giliran.

Ada kebahagiaan terselubung di hati Devon melihat Clara tersenyum bahagia. Jujur, sebelumnya Devon hanya melihat gadis itu pelit senyum, maka dari itu sering di bilang cewek kaku.

Setelah mencoba hampir empat wahana, mereka memutuskan untuk melihat barang-barang yang di jual.

"Ini" Tiba-tiba Devon memberinya boneka beruang, Clara menerima dengan canggung dan langsung memeluknya. Diam-diam gadis itu tersenyum. Sungguh, hari ini Devon membuatnya bahagia, terasa semua beban terkurang sedikit demi sedikit. Apalagi, selama ini ia hanya di hantui masalalu itu. "Kayaknya gue udah yakin untuk mencintai lo" ucap Devon kemudian. Clara merasa jantungnya mulai di pompa dengan cepat.

Mereka berdua berjalan beriringan melihat barang-barang. Tapi Clara merasa Devon tidak memberi jarak untuknya, seolah-olah takut dirinya pergi.

"Jadi pacar gue, ya?" Devon mendekatkan bibirnya di telinga Clara.

"Ha?" Clara menjawabnya seperti orang tolol, gadis itu berusaha menetralkan pendengarannya. Sedangkan Devon hanya tersenyum, padahal Clara berharap cowok itu mengulangi ucapannya.

"Devon nembak gue?" -batin Clara

Jantungnya mulai berdegup kencang, wajahnya memerah, keringat mulai keluar di pelipisnya.

"Kita makan dulu ya?" Clara diam tidak menjawab, Devon tau kalau Clara masih salah tingkah, cowok itu menggandeng tangan Clara menuju penjual bakso dekat pasar malam.

"Bang, bakso dua porsi ya" Ucap Devon kepada penjual bakso.

"Sorry ya, makannya disini, citarasa makanan di pinggir jalan tuh lebih enak daripada di restoran" ujar Devon yang dibalas anggukan oleh Clara. Gadis itu tidak keberatan sama sekali, bahkan dirinya sudah sering makan di warung pinggir jalan.

Heartbeat [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang