Fifteenth

47 5 12
                                    




Hari ini warga sekolah mulai sibuk, tenda-tenda stand didirikan, panggung di hias kembali agar terlihat lebih spektakuler. terlihat OSIS daritadi mondar-mandir sekitaran lapangan dengan membawa tanaman hias dan yang lainnya. Sekolah jadi lebih ribut dari biasanya.

"Gimana latihannya?" Tanya Andra di tujukan pada teman sekelasnya yang mengikuti tampilan band.

"Udah, tinggal kemantapannya aja" jawab Ferdy yang juga salah satu anggota band.

Andra terlihat mengangguk lantas tersenyum sambil menepuk bahu teman-temannya itu, seolah memberi semangat.

Langkah Andra yang tadinya ingin melangkah keluar kelas terhenti ketika berpapasan dengan Inaya, gadis itu memegang tempat bekel berwarna biru dan tak henti-hentinya tersenyum.

"Inaya"

"Hai, Ndra" sapanya

"Tumben bawa bekel"

"Bukan buat gue"

"Terus?"

"Buat Devon" setelah mengucapkan itu, Inaya langsung memasuki kelas dan berlari kecil menuju meja Devon.

Andra terdiam sejenak, ternyata ucapan Inaya tempo hari dengan Clara tidak main-main. Waktu itu Andra tidak sengaja melewati taman dan mendengar percakapan mereka. Tentu itu membuat Andra terkejut saat Inaya berbicara sebegitu lantangnya pada Clara, awalnya Andra tidak percaya kalau Inaya akan berbicara seperti itu, namun makin lama ia mendengar, kini ia yakin, Inaya mulai datang sebagai penghalang di antara Clara dan Devon.

Andra berbalik, melihat Inaya dengan wajah kecewanya, Andra tau, pasti gadis itu baru di tolak oleh Devon.

"Lo apa-apaansi?!" Bentak Devon, "Gue gak mau nerima pemberian lo!"

"Dev, cobain! Ini enak kok" kukuh Inaya

Devon beranjak dari kursinya hendak keluar kelas namun tangannya di cekal kuat oleh Inaya.

"Apa sih susahnya nerima?!"

"Mending lo kasih ke orang lain daripada gue buang!" Devon menghempaskan tangan Inaya dengan kasar.

Cowok itu pergi keluar kelas, tetapi Inaya tetaplah Inaya, gadis itu masih mengekori Devon. Tidak peduli dengan tatapan tidak suka dari orang di sekitarnya.

***

Clara dan Revan sedang berada di depan ruang guru untuk mengambil lembaran susunan acara, kebetulan Clara adalah sekretaris kelas, jadi ia juga di panggil.

"Band kelas kita dapat giliran ke empat nih" ucap Revan sambil meneliti kertas yang di edarkan tadi.

"Gimana, latihannya?, nyanyi lagu apa?" Tanya Clara membuat Revan mendongakkan wajahnya lalu mengangguk, Revan tidak menjawab pertanyaan Clara, seperti ada yang di sembunyikan. Pasti Revan juga merahasiakannya dari teman sekelas, mungkin untuk kejutan?.

"Ya udah, balik kelas yuk!" Ajak Revan.

Baru saja akan melangkah, tiba-tiba Clara mendapati Devon berjalan ke arahnya. Di samping pemuda itu ada Inaya, Clara adalah tipe gadis yang bodo amat tapi sekarang dirinya mendadak tak suka melihat itu. Katakan Clara cemburu. Gadis itu mengerutkan dahi, apa Inaya sudah berhasil mendekati Devon?.

"Clara" sapa Devon

"Oh, hai" balas Clara tanpa berniat menunjukkan senyum. Tatapan gadis itu beralih pada Inaya yang balas menatapnya sinis.

"Dev, ayo ke kantin!" Inaya kini bergelayut di lengan kekar Devon, cowok itu terlihat risih dan menatap Inaya dengan tatapan jijik kemudian ia hempaskan tangan Inaya dengan kasar.

Heartbeat [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang