Thirty third

48 3 0
                                    


Saat aku menutup mata, aku dapat melihatmu
Kau memanggilku seperti hari kemarin
Apa ini semua hanya mimpi?
Aku khawatir semuanya akan menghilang lagi

[ Say good bye ~ Song Haye ]

****

HAPPY READING !

• heartbeat •


Gadis itu perlahan membuka kelopak matanya, penglihatannya masih buram lalu ia mengerjap berkali-kali hingga terlihat jelas. Ia menyapu pandangannya pada ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan. Clara menghembuskan napasnya ketika menyadari bahwa ia berada di rumah sakit. Yang ia ingat, kemarin malam demamnya makin tinggi dan terpaksa harus di larikan ke rumah sakit.

Setelah itu ia menolehkan pelan kepalanya yang masih terasa sedikit pusing. Clara mendapati kakaknya tidur di sofa, hanya kakaknya. Mungkin orangtuanya sedang keluar membeli makan atau apa Clara juga tidak tau karena dirinya baru terbangun.

Clara melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Padahal hari ini ia ingin sekolah, ia tidak ingin terlihat lemah karena mengetahui akan kepergian Devon, walaupun benar jika Clara memang sedih dan terpuruk. Semua terjadi secara tiba-tiba hingga membuat dirinya drop seperti ini.

Besok adalah keberangkatan Devon ke Australia untuk melaksanakan pertunangan. Clara tersenyum miris akan kisah cintanya yang tak semanis film romansa. Ia merasa di buang walaupun itu tidak benar, Devon tidak membuangnya, lelaki itu hanya meninggalkannya dengan menyisakan kenangan-kenangan pada Clara. Clara berdoa semoga lelaki itu bahagia meskipun tak bersamanya.

"Kamu sudah bangun ternyata"

Clara tersentak kecil dan langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara. Kakaknya sudah bangun dengan rambut acak-acakan. Rafli tersenyum dan mengambil kursi untuk duduk di samping bangsal adiknya. Pria itu tersenyum dan Clara membalasnya serupa.

"Laper? Mau makan?" Tawar Rafli, melirik semangkuk bubur di nakas.

Clara menggeleng pelan, lidahnya tidak bisa mencecap rasa makanan. Ia juga tidak nafsu untuk makan saat ini.

"Mama sama Papa lagi ngirim surat ijin kamu ke sekolah"

Gadis itu mengangguk.

"Kakak udah makan?" tanya Clara dengan suara serak.

"Belum, nunggu Papa sama Mama datang biar kamu gak sendirian" jawab Rafli.

"Makan aja sana, aku gapapa sendirian"

"Gak mau"

"Kak"

"Iya deh" pasrah Rafli.

Sepeninggal Rafli, Clara berusaha menemukan ponsel kakaknya, siapa tau tidak di bawa oleh pria itu. Clara berhasil menemukannya dan perlahan ia meraihnya, sedikit sulit karena tangannya harus di infus. Clara hanya sedikit bosan dan ingin melihat isi ponsel kakaknya.

Namun saat dirinya baru menyalakan ponsel tersebut, tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk. Clara segera membukanya, bukan apa. Karena nama pengirim pesan membuatnya penasaran. Ia membuka roomchat orang yang mengirim pesan pada kakaknya itu.

Heartbeat [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang