Seventh

53 6 3
                                    

Clara melangkahkan kakinya menuju kelas, gadis itu terlihat selesai melaksanakan sholat di mushola sekolah. Saat sudah berada didalam kelas, ia memakai kembali sepatunya dan menaruh mukena di lemari kelas. Tak lama kemudian, ia mendengar suara teriak-teriak dan melihat beberapa siswa siswi berlarian kearah lapangan.

Lalu, ia melihat Erika dan Kaira berdiri di ambang pintu dengan nafas yang tak beraturan.

"Ada apa Rik, Kai?" Tanya Clara bingung

"Ayo buruan! Ada yang gelut nih seru!" Teriak Kaira dari arah pintu, Clara mengernyitkan keningnya heran. Ada yang berkelahi, tapi kata Kaira malah seru?

"Woi anjir Lo mikirin apa sih?" Teriak Erika gemas sendiri dengan sahabatnya yang lemot seperti Clara.

Clara mempercepat langkahnya dan mengikuti kedua sahabatnya yang riang sekali berlari menuju lapangan.

Gerombolan yang tadi Clara lihat, mereka sudah berada dilapangan semua.

Mata Clara seketika membulat melihat Devon berkelahi dengan Rifqi—siswa yang terkenal badung. Clara menutup bibirnya, kaget. Devon berkelahi dengan kalap, cowok itu memukul lawannya dengan brutal. Sementara, tak ada satupun yang melerainya, mereka semua malah asik menonton dan malah memberi sorakan; "Ayo Dev hajar teross!" "Mampus!!" "Jotos tuh congornya!" Bukannya melerai tapi malah memperkeruh keadaan dengan memberi sorakan seperti itu.

Clara melihat wajah Devon yang lebam serta ujung bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah segar. Sedangkan lawannya sudah sempoyongan dengan luka di pelipisnya, tapi Devon masih memukulinya tanpa ampun.

Tak lama kemudian, ada beberapa guru yang datang dan melerai aksi berkelahi itu. Pak Idris menahan Devon agar berhenti, meski sempat memberontak tapi Pak Idris lebih kuat menarik kerah belakang Devon dan menggiringnya ke ruang guru, sementara Rifqi juga digiring masuk ke ruang guru oleh Pak Abbas—guru matematika yang killer nya minta ampun.

"Cowok modelan kayak gitu jadi most wanted?" Ucap Clara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Gitu masih ada aja fans nya, mending Revan tuh, udah ganteng, baik, pinter lagi"

"Diihhh!! Awas lo sampai suka sama Devon!" Cibir Tasya.

Clara hanya menaikkan kedua bahunya acuh.

*****

Pelajaran berlangsung, mereka semua memperhatikan guru kimia yang menjelaskan beberapa materi dipapan tulis. Clara selalu memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, tapi kali ini dirinya tidak terlalu fokus untuk itu, karena pikirannya berkelana ke hal lain.

Devon? Bagaimana keadaan cowok itu? Clara dapat melihat jelas luka di wajahnya, gadis itu teringat semua yang terjadi tadi. Tanpa berpikir panjang, ia beranjak dari bangkunya tanpa mendengarkan panggilan dari teman temannya. Ia meminta izin bu Rika untuk ke toilet sebentar.

"Ada apa Clara?" Tanya bu Rika saat Clara sudah berdiri di depannya.

"Bu, saya ijin ke toilet sebentar" Bohong Clara, padahal tujuannya adalah UKS. Bu Rika mengangguk lalu tersenyum, bertanda beliau memberi izin.

Teman teman Clara hanya melihat sahabatnya itu melenggang dari pintu dengan tatapan bingung.

Clara bergegas menuju UKS, apa Devon disana? Itulah pertanyaan yang memenuhi benaknya sampai saat ini.

Clara segera menggerakkan kenop pintu lalu mendorongnya, ia melihat Devon sedang duduk diranjang dengan memainkan ponselnya. Mata Clara tertuju pada luka di wajah Devon yang belum di obati, ruangan itu sepi tidak ada yang menjaga, mengingat ini masih jam pelajaran.

Heartbeat [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang