" jangan tersenyum seperti itu, kumohon. Karena senyummu bisa merobohkan pertahananku." - Devon Rovalno.****
HAPPY READING <3
• heartbeat •
Kaira tidak bisa tenang daritadi, ia kini menduakan gurunya yang sedang menjelaskan beberapa BAB dengan pikiran yang berputar tak tentu arah. Berusaha mencari jawaban di hamparan laut kecemasan, Kaira mengirim umpatan pada Ridho yang menyandang sebagai kekasihnya itu. Bagaimana tidak? Bila lelaki gesrek itu dengan mulut lemes-nya menguak rahasia Devon yang terbilang cukup serius!
Tetapi, Kaira juga bersyukur dengan mulut ember kekasihnya itu yang tidak akan menyimpan rahasianya sendiri. Meskipun kini rahasia yang begitu besar. Hah...Kaira jadi khawatir akan sahabat sekaligus teman sebangkunya selama tiga tahun berturut-turut. Clara.
Yahh...sejauh ini hanya sahabat-sahabat Devon dan Kaira yang mengetahuinya.
Apakah ia harus memberitahu teman-temannya juga? Oh ayolah! Kaira tidak pandai menyimpan rahasia. Tapi jika ia beritahu teman-temannya, nyawa Devon pasti akan terancam karena Evelyn akan mencabik-cabik wajah tampan Devon.
Baiklah, Kaira sudah memutuskan untuk menyimpan rahasia ini, dan membiarkan Devon sendiri yang memberitahu Clara.
Ah sudahlah, daripada pusing memikirkan jalan keluar yang pasti. Kaira mending menghitung domba yang melompati pagar.
Satu domba
Dua domba
Tiga domba
Empat domba
"KAIRA!!" Suara menggelegar bu Yana.
"Eh iya domba kembung!!!" Kaira berjengit lalu tiga detik kemudian ia menepuk mulutnya yang bicara asal. Kebiasaan nih mulut.
Sahutan Kaira membuat seisi kelas yang semula menegang kini tertawa terbahak-bahak. Si oknum pembuat rusuh hanya menyengir menunjukkan deretan gigi putihnya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bersamaan dengan Bu Yana yang tengah melototi siswi-nya itu.
"Bu Yana emang gendut, tapi gausah di perjelas kali, Kai" bisik Tasya dari arah belakang, mereka semua masih menertawai kebodohan Kaira yang datang tiba-tiba.
"Bct lu" desis Kaira tertahan.
"Kaira, ulang semua BAB yang ibu bahas. Sekarang!!" Titah Bu Yana.
Kaira berjengit. "Waduh mati gue, emang tadi si galak nerangin apaansi?!" — umpatnya dalam hati.
"KAIRA!"
"It—itu bu..em..." Kaira melirik Clara dan sialnya gadis itu malah mengunci tatapannya ke depan, kemudian ia menoleh belakang. Hanya Tasya harapannya saat ini, Erika dan Alana sedang berada di lab yang entah mau saja di suruh oleh wali kelas. Kaira memohon pada Tasya agar memberi jawaban yang tepat. Tasya tampak menyeringai kecil tapi tidak di sadari oleh Kaira, ia mengangguk kemudian membisikkan sesuatu.
"Muampus lo! Jawab aja sendiri, orang gue juga kaga dengerin wkwkwk" — Tasya
Kaira membelalak kesal ketika Tasya malah memberi cibiran dalam bisikannya itu.
"Kamu keluar Kaira!" Titah Bu Yana.
Ya, lebih baik begini. Benak Kaira.
⛅️
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [ END ]
Teen Fiction"Saat wajahmu semakin dekat dengan wajahku, tanganku yang gemetar menunjukkan seberapa cepat denyut jantungku." ~ heartbeat attention: penulisan masih ada yang salah atau belum tepat dalam penempatan kata, jadi mohon makhlumi🙏 [ tidak ada revisi ]