Suara bel yg berbunyi di seluruh penjuru sekolah itu. Gua langsung aja ke kantin sambil menunggu dilla gua memesan makanan.Akhirnya makanan itu sdh ada di hadapan gua. Masih saja dilla tidak ke kantin. Gua pun dengan lapar langsung melahap makanan itu.
Wajah gua sdh memerah tak melihat dilla yg menuju kantin. Gua tegak dari duduk dan meletakkan uang lalu pergi mencari dilla.
Waktu gua lewat di depan perpustakaan gua liat dilla sedang membaca cerita kepada Milla di sana. Gua baru ingat kalau dilla mau ke perpustakaan bersama Milla.
Gua segera melepas sepatu lalu menghampiri dilla dan Milla. Gua duduk di sebelah Milla dengan memasang tampang marah. Dilla yg tersadar hadirnya gua langsung bertanya
"LO kenapa sal?" Tanya dilla dengan menaiki alisnya. Gua menghembus napas kasar
"Hufh! Gk!" Cuek gua tanpa menoleh ke arah dilla.Dilla hanya mengangkat bahunya dan kembali bercerita cerita bersama Milla. Gua pun geram dan langsung bangkit dari kursi itu lalu menuju meja pak dede, penjaga perpustakaan.
"Ada apa salsa? Kok cemberut?" Pak Dede yg sedang membereskan buku lalu menghampiri salsa. Salsa menggelengkan kepalanya dan tersenyum
"Pak""Hm?kenapa?" Pak Dede memegang pundak gua.
"Mau nyari novel Waiting Ha Jin Dimana ya, pak?" Gua memajukan bibir bawah gua.
Pak Dede sejenak memikir "em novel itu, setau bapak novel itu blm di sebar deh"
"Maksudnya?" Gua mengerutkan dahi. Gua liat bapak Dede yg sedang memikir langsung tersenyum kecil dan menyipitkan matanya.
"Mungkin novel itu belum di perbuat di Indonesia, bukannya novel itu baru ya di China?" Pak Dede menghelus kepala gua dan tersenyum khasnya.
"Oh gitu ok deh pak makasih" kata salsa sambil menyalimin pak Dede. Sedangkan pak Dede tak memudarkan senyumannya.
Gua pergi ke rooftop dan di sana gua liat ada laki-laki dengan badan kekar dan bagi gua poster tubuh itu tidak asing.
"Ngapain?" Tanya gua yg sudah di samping laki-laki itu.Laki-laki itu tidak menjawab hanya tersenyum kecil.
"Gk ke kantin?" Tanya gua lagi tanpa menoleh ke arah laki-laki itu.
Sama saja laki-laki itu hanya diam. Gua memutarkan bola mata gua dan menyampingkan tubuh gua untuk berhadapan "gua sumpahin LO budeg beneran!" Gua pun membalikkan badan dan ingin pergi tetapi tangan gua di cekal dengan laki-laki itu. Gua pun menoleh dengan ujung mata gua.
"Apa?"Laki-laki itu hanya tersenyum kecil.
Ckk? GJ banget sih, gumam gua.Gua menepis tangan laki-laki itu lalu melangkahkan kaki gua.
Kaki gua berhasil berhenti saat laki-laki itu memeluk gua dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak gua.
"Apaan sih lepas" gua berusaha melepaskan tangan kekar laki-laki itu yg melingkar di pinggang gua. Tapi percuma, tangan laki-laki itu tidak berkunjung lepas.
"Gk usah!" Ujar laki-laki itu dan membalikkan badan gua."Gua sayang sama lo" kata laki-laki itu sedangkan gua hanya memutarkan bola mata gua malas.
"Cukup ya Arif! Gua muak dengan Lo!" Gua melepas tangan itu dari pinggang gua.
Gua berjalan ke arah pintu dan tiba-tiba gua tertabrak seseorang laki-laki.
"Aduh" gua memegang jidat gua yg habis tertabrak. "Woi liat-liat dong ja—""Maaf" laki-laki itu memegang jidat gua dan menghelusnya. Helusan itu bagi gua tidak asing. Gua pun mendongak dan menampakkan seorang Julian si ketua osis. Gua tersenyum kecil lalu melewati Julian. Tetapi tangan kekar Julian yg mengalahi tangan Arif langsung menahan tangan gua. "Apa?" Tanya gua menaiki alis.